ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH "KOTA KEDIRI"


LAPORAN ANALISIS
PEREKONOMIAN INDONESIA
ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH KEDIRI
Dosen Pengampu : Fauziah.,MM.













Oleh :
Nama        : Khusnul Khotimah
NIM          : 16510235


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 40 Dinoyo, telepon (0341) 551354, faximile (0341) 57253,
MALANG



 
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat serta Ridho-Nya, kami dapat menyusun Laporan Analisis yang berjudul “Analisis Perekonomian Daerah Kediri” dengan maksimal dan tepat waktu. Dan tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana beliau adalah tauladan yang baik dalam segala kegiatan. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan analisis ini.
            Penyusunan makalah “Analisis Perekonomian Daerah Kediri” ini bertujuan agar pembaca dapat memperoleh wawasan  baru tentang keadaan ekonomi yang ada di Kota Kediri. Dalam penyusunannya sudah barang tentu kami harus menghadapi hambatan dan rintangan, namun dengan penuh kesabaran dan dorongan dari berbagai pihak, penyusunan Laporan Analisis ini dapat diselesaikan baik.
Kami telah berusaha melakukan penyusunan laporan ini sebaik dan sesempurna mungkin. Namun kami menyadarai bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan meningkatkan pengetahuan mengenai Ekonomi.


Malang, 25 Maret 2018


Penulis












BAB I
PENDAHULUAN
1.1              LATAR BELAKANG
Pada zaman globalisasi seperti saat ini, seluruh daerah di negeri ini di tuntut untuk mengembangkan potensinya masing-masing, mengingat perekonomian berjalan dengan tidak stabil karena adanya para pelaku ekonomi asing atau pekerja asing yang bebas keluar masuk Indonesia, apabila ketidak stabilan pertumbuhan ekonomi ini terus di biarkan maka akan berdampak pada semakin banyaknya tingkat kemiskinan di indonesia, semakin tingginya angka kriminalitas karena tidak adanya lapangan pekerjaan.
Pada dasarnya kondisi alam Indonesia memiliki sejuta potensi yang apabila di kembangkan dengan baik maka Indonesia dapat dipastikan makmur dan segala sesuatunya terpenuhi, oleh karena itu pengembangan potensi daerah adalah salah satu cara mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia untuk mensejahterakan Masyarakat. Dengan adanya peningkatan potensi daerah ini diharapkan perekonomian Indonesia dapat meningkat, kemiskinan semakin terkurangi, dan kriminalitas dapat diminimalisir dengan adanya lapangan kerja.
Salah satu daerah yang harus di kembangkan potensinya adalah Kota Kediri, yang terletak di provinsi jawa timur. Kota ini harus di kembangkan lagi karena kota ini termasuk dalam kota yang potensial dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi di Indonesia baik berasal dari hasil pertanian, perkebunan, industri, maupun pariwisatanya. Selain itu letaknya yang sangat strategis yang cukup luas menjadi peluang tersendiri untuk semakin meningkatkan potensi sumber daya yang ada.

1.2              RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang tepat adalah :
1.                  Bagaimana Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Kediri?Bagaimana Analisis PDRB dan Pendapat Perkapita Daerah Kediri?
2.                  Bagaimana Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Daerah Kediri?
3.                  Bagaimana Analisis Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah Kediri?
4.                  Bagaimana Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah Kediri?
5.                  Bagaimana Analisis Pengembangan Sektor Pertanian, serta Ekonomi kelautan dan Pengembangan Pariwisata di Daerah Kediri?
6.                  Apa saja permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Kediri?
7.                  Bagaiamana Solusi yang dapat diberikan untuk Permasalahan yang terjadi?

1.3              TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat umum tentang kondisi perekonomian di Kota Kediri dari tahun 2012-2016 terlebih  lagi apabila pemerintah tertarik untuk membaca makalah ini maka penulis akan merasa tulisan ini cukup membantu untuk memberikan informasi kepada pemerintah khususnya pemerintah Kota Kediri Jawa timur.

1.4              MANFAAT
1.                  Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Kediri.
2                    Untuk mengetahui Bagaimana Analisis PDRB dan Pendapat Perkapita Daerah Kediri.
3                    Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Daerah Kediri.
4                    Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Daerah Kediri
5                    Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah Kediri.
6                    Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Pengembangan Sektor Pertanian, serta Ekonomi kelautan dan Pengembangan Pariwisata di Daerah Kediri
7                    Untuk mengetahui Apa saja permasalahan Utama Kondisi Ekonomi Daerah Kediri.
8                    Untuk mengetahui Bagaiamana Solusi yang dapat diberikan untuk Permasalahan yang terjadi.























BAB II
PEMBAHASAN
2.1              Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Daerah Kediri
1.      Struktur Daerah Kota Kediri
Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur. Kota Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis, dan sekaligus sebagai pusat pengembangan regional eks Wilayah Pembantu Gubernur Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya.
Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat Lintang Selatan dengan luas 63,404 Km2. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%
Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah yang terletak di bagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) sedang dibagian timur sungai merupakan lahan yang relatif subur dengan relief tanah yang datar. Dikaki Gunung Klotok terdapat situs sejarah berupa Goa Selomangleng, goa ini merupakan pesanggrahan Dewi Kilisuci putri Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. selain itu terdapat relief kisah Patih Butho Locoyo, yang setia mendampingi Dewi Kilisuci dan simbol Butho Locoyo ini menjadi Lambang Kota kediri.
Kondisi topografi kota Kediri cukup datar, yaitu dengan kemiringan lereng 0 – 40%. Sebagian besar wilayah Kota Kediri (90,49%) merupakan dataran yang terletak pada kemiringan lereng 0 – 2%. Sedangkan wilayah Kota Kediri yang terletak pada kemiringan lereng 15–40% adalah kawasan Gunung Maskumambang dan Gunung Klotok di bagian barat Kecamatan Mojoroto.


Gambar. 2.1 Peta Administrasi Kota Kediri
Sumber : Wesite resmi Kota Kediri,2018

Secara administratif, Kota Kediri berada di tengah wilayah Kabupaten Kediri dengan batas wilayah sebagai berikut :i
a.              Sebelah utara       : Kec. Gampengrejo dan Kec. Grogol
b.             Sebelah Selatan   : Kec. Kandat dan Kec. Ngadiluwih
c.              Sebelah Timur     : Kec. Wates dan Kec. Gurah
d.             Sebelah Barat       : kec. Banyakan dan Kec. Semen
Daftar luas wilayah 3 Kecamatan yang ada di Kota Kediri pada Tahun 2018, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Pemerintah Kota Kediri Provinsi Jawa Timur, adalah Sebagai berikut :




Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Kediri
No.
Kecamatan
Kelurahan
Luas (km2)
%
1.
Kecamatan Kota Kediri
17 Kelurahan
14,900
23,5%
2.
Kecamatan Pesantren
15 Kelurahan
23,903
37,7%
3.
Kecamatan Mojoroto
14 Kelurahan
24,601
38,8%
Sumber : Pemerintah Kota Kediri (Data diolah)
Berdasarkan Data di atas, maka dapat diketahu bahwa kecamatan terluas di kota Kediri adalah berada di kecamatan Mojoroto dengan jumlah 14 Kelurahan, sedangkan kecamatan terkecil berada pada kecamatan Kota Kediri dengan jumlah kelurahan sebanyak 14 Kelurahan.

2.      Potensi pengembangan Wilayah Kota Kediri
Kota Kediri berada pada jalur trans antara Surabaya dengan Ngajuk, Tulungagung, Blitar, dan Malang dan telah di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) yang berfungsi sebagai pendorong sistem perkotaan sebagai pusat pelayanan sekunder. Selain itu kota Kediri juga merupakan pusat kota industri,jasa, perdangan, pendidikan dan pariwisata regional, hal ini dikarenakan Kota Kediri memliki kawasan-kawasan strategis yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan sesuai dengan potensi wilayah-wilayah yang ada, berikut beberapa wilayah yang berpotensi dalam upaya peningkatan perekonomian daerah Kota Kediri :
1.                  Kawasan perdagangan dan Jasa
Kawasan Perdagangan dan Jasa yang memenuhi kriteria atau berpotensi sebagai kawasan perdagangan adalah kawasan yang luas dan miliki lahan parkir yang memadahi, kawasan yang memiliki pelengkap kebersihan, tempat bongkar muat barang dan sebagainya. Dan di  Kota Kediri yang potensial untuk dikembangkan adalah pasar Induk (Pasar Setono Betek) yang merupakan pusat kegiatan perdagangan dengan skala besar untuk komoditas sayuran, buah-buahan, ikan, dan lain sebagainya. Selain itu kawasan perdagangan dan jasa yang potensial di Kota Kediri adalah pada kawasan Jalan Dhoho, Jalan Pattimura, dan Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan pusat perdagangan produk garment, elektronik, kelontong, dan sebagainya.
2.                  Kawasan Industri
Di kota Kediri Pengembangan kawasan Industri meliputi Pegembangan Kawasan Industri Besar, Kawasab Industri Menengah dan Kawasan Home Industri atau industri rumahan. Industri besar terdiri atas Industri Rokok gudang Garam yang terletak di kelurahan Semampir, Balowerti, dan Dandangan serta Pabrik Gula di kelurahan Mrican dan Pesantren. Industri sedang biasanya berupa Industri Pengelolaan Kayu yang berada di kelurahan Pesantran dan Industri pembuatan makanan yang terletak di kelurahan Betet dan Kelurahan Blabak. Sedangkan Home Industri atau industri rumahan terletak di kelurahan, Bandar Lor, Banjarmlatu, Bandar Kidul, Pkelan, Kampung Dalem, dan Blabak.
3.                  Kawasan Pariwisata
Di Kota Kediri Pengambangan Kawasan Pariwisata meliputi Pariwisata Industri, pariwisata belanja dan kuliner, serta pariwisata olah raga dan seni. Pariwisara Industri adalah kegiatan pariwisata yang bertujuan untuk melihat proses Produksi Industri besar, sedang, maupun kecil atau Home Industri, pariwisata Industri ini biasa dilakukan pada kawasan-kawasan industri  yaitu di kelurahan Semampir, Balowerti, Dadangan, Pesantren, Betet, Dan Kelurahan Blabak. Sedangkan pengambangan wisata belanja dan kuliner meliputi pusat souvenir dan makanan khas Kediri  yang berada di jalan Yos Sudarso dan Jalan A.Yani serta pasar  Wisata di campur Rejo. Kemudian untuk pengembangan pariwisata olahrasa dans eni meliputi pengambangan gedung kesenian yang bertempat di selomangleng, GOR Banjarmlati, Stadion Brawijaya Banjaran. Selain itu terdapat pula kawasan pariwisara Rohani yang berasa sejalan dengan perkembangan Syiar Islam di Kota Kediri dengan keberadaan pondok-pondok pesantren besar seperti pondok pesantrn Lirboyo, Pondok pesantren Kedunglo, Pondok pesantren LDII yang secara rutin mengadakan agenda tahunan yang biasanya dihadiri oleh masyarakat dari penjuru Nusantara.
4.                       Kawasan Pengembangan Sosial Budaya
Kawasan Pengambangan Sosial Budaya merupakan kawasan adat tertentu, kawasan warisan budaya, dan kawasan pusat pendidikan. Kawasan pengembangan social Budaya di kota Kediri antara lain :
a.       Kawasan Goa Selomangleng
Yaitu kawasan yang dikembangkan sebagai wisata alam dan perlindungan terhadap peninggalan bersejarah, kegiatan yang dapat di lakukan di kawasan tersebut adalah rekreasi, olahraga, pendidikan, perkemahan dan sebagainya.
b.    Kawasan Makam Kuno
Merupakan kawasan yang terdapat situs makm kuno sebagai peninggalan yang harus di jaga kelesatariannya, dan dapat dikembangkan sebagai wisata religi. Di kota Kediri kawasan makam kuno ini antara lain, makan synan Geseng, Kompleks makam Islam Mbah Wasil, makam kuno Mbah Bencolono dan berbagai macam ziarah makam islam lainnya.
c.    Kawasan Pendidikan
Kawasan pendidikan yang dapat dikembangkan di Kota Kediri mepiluti pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Pendirian perguruan tinggi akan di kembangkan di Kecamatan Mojoroto untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempermudah akses masyarakat di kota Kediri dan sekitarnya untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dengan adanya perguruan tinggi unggulan di wilayah kota Kediri diharapkan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta membawa multiple effect di berbagai sector.
5.                       Kawasan Suaka alam dan cagar budaya
Di kota Kediri kawasan suaka alam dan cagar Budaya meliputi kawasan gunung Klotok dan Gunung Maskumbang yang beada pada Kecamatan Mojoroto yang merupakan pusat pengembangan kawasan wisata kota. Pada kawasan ini terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah berta bangunan-bangunan yang dikembangan sebagai fasilitas  pendukung kawasan wisata. Upaya pengembangan kawasan suaka alam dan cagar budaya bertujuan untuk kepentingan konservasi, sehingga pemanfaatannya harus tetap di batasi agar tidak merusak ekosistem dan kealamian lingkungan.

2.2              Analisis PDRB dan Pendapatan Perkapita di Kota Kediri
1.      Definisi PDB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto adalah Jumlah nilai Produksi barang dan jasa yang dihasilkan si duatu wilayah dalam jangka waktu tertentu selama periode satu tahun. Dalam penyusunannya diperlukan data kegiatan ekonomi yaitu data konsumsi, distribusi, produksi dan akumulasi kekeayaan.. didalam perhitungan PDRB terdapat 3 mestode pendekatan perhitungan. Pertama, metode pendekatan produksi yaitu metode penjumlahan nilai produk barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh bermacam-macam unit produksi di dalam suatu region dalam jangka waktu satu tahun, kedua metode pendekatan pengeluaran yaitu penjumlahan semua komponen permintaan akhir seperti pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, dan lain-lain, dan ketiga metode pendekatan pendapatan yaitu penjumlahan seluruh balas jasa yang di terima tas factor-faktor Produksi yang ikut serta dalam proses produksi suatu region dalam jangka waktu satu tahun.Di kota Kediri sendiri perhitungan PBRD menggunakan metode pendekatan Produksi.

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto, yaitu:
1.             Metode Langsung
Penghitungan yang didasarkan sepenuhnya pada data daerah, dan hasil penghitungannya mencakup seluruh produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
2.             Metode Tidak Langsung
Metode yang melakukan penghitungan nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai acuannya, digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
Dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto, seluruh lapangan usaha atau kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi, yaitu:
a.         Pertanian, Perikanan, Peternakan,
b.        Pertambangan dan Penggalian
c.          Industri Pengolahan / Manufaktur
d.        Listrik, Gas, dan Air Minum
e.          Konstruksi
f.         Perdagangan, Restoran, dan Hotel
g.        Pengangkutan dan Komunikasi
h.        Keuangan dan Jasa Perusahaan
i.          Jasa

Pengklasifikasian ini ditujukan untuk mempermudah para analis dalam melakukan analisis perbandingan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Produk Domestik Bruto.
Dalam Perencanaan Pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah memerlukan dasar untuk menentukan strategi dan kebijaksanaan, agar tujuan adanya pembangunan dapat dicapai dengan baik dan mempunyai hasil yang maksimal. Pada dasarnya Perintah Kota Kediri  telah melakukan pembangunan ekonomi yang terintegrasi dengan baik. Pembangunan Ekonomi merupakan rangkaian usaha  yang harus dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari kategori primer ke sekunder dan tersier.
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan data statistik mengenai pendapatan regional secara berkala, yang digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bentuk penyajian data yang bisa menggambarkan struktur perekonomian daerah pada tahun yang bersangkutan.
Perlu kita ketahui bahwa dengan adanya Krisis ekonomi atau Krisi global yang terjadi di antara tahun 1999 sampai sekitar tahun 2000 yang melanda financial dunia dan juga indoensia berdampak pada perekonomian dan mempengaruhi metodologi dalam perhitungan PDRB.


Tabel 2.2 PDRB Kota kediri atas harga yang berlaku menurut lapangan usaha tahun 2012-2016 (Juta)
URAIAN
2012
2013
2014
2015
2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
201,445.17
219,187.25
243,242.32
272,148.31
286,149.37
Pertambangan dan Penggalian
35.45
36.71
37.69
37.44
38.60
Industri Pengolahan
59,017,503.14
65,092,032.02
71,662,728.68
79,832,071.45
87,295,911.96
Pengadaan Listrik dan Gas
6,918.52
6,887.01
7,159.54
7,921.25
8,473.17
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
15,237.56
16,821.31
17,420.67
18,506.59
20,133.38
Konstruksi
1,325,110.91
1,456,974.63
1,625,572.09
1,781,351.42
1,974,788.05
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,834,184.31
7,583,423.35
8,070,372.55
8,783,150.99
9,865,915.38
Transportasi dan Pergudangan
264,702.72
301,560.22
349,099.73
392,522.85
435,378.26
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
959,201.29
1,081,593.92
1,255,404.01
1,433,064.12
1,642,011.91
Informasi dan Komunikasi
1,423,919.46
1,591,579.16
1,706,969.35
1,855,185.84
2,057,198.73
Jasa Keuangan dan Asuransi
647,915.84
735,002.33
823,272.07
913,864.22
1,004,528.08
Real Estate
302,591.06
331,867.86
357,386.66
400,663.20
438,034.13
Jasa Perusahaan
135,241.16
152,563.96
166,947.31
182,782.08
204,112.91
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
300,264.80
314,784.20
320,014.01
339,355.81
368,554.26
Jasa Pendidikan
528,209.39
602,319.46
674,646.89
752,989.41
813,267.54
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
107,879.29
121,046.57
140,837.38
156,552.82
171,334.71
Jasa lainnya
232,668.39
251,181.02
283,040.76
322,101.94
345,933.70
 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
72,303,028.46
79,858,860.98
87,704,151.71
97,444,269.73
106,931,764.13


Sumber :BPS Kota Kediri



Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita Kota Kediri yang dilihat dari besaran PDRB per kapita yang merupakan besaran PDRB yang telah dibagi dengan jumlah penduduk Kota Kediri. Sehingga besaran PDRB per kapita ini dipengaruhi oleh pertambahan atau laju perkembangan penduduk Kota Kediri.
Selama kurun waktu lima tahun atau pada periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi Kota Kediri mengalami tren fluktuatif atau naik turun. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di Kediri mencapai 5,27 persen, kemudian pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kota Kediri mengalami penurunan sampai pada 3,59 persen, selanjutnya pada tahun 2014 pertumbuhan Ekonomi kota Kediri kembali mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 5,85 persen, pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 5,36 persen, dan pada tahun 2016 pertumbuhan perekonomian kota Kediri kembali naik menjadi 3,7 persen. Kenaikan ini diicu oleh adanya UMKM yang terus meningkatkan bahkan pada data akhir tahun 2016 terdapat 8000 UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM, dengan  banyaknya UMKM maka otomatis peluang kerja lebih tinggi dan perekonomian akan lebih meningkat

3.      Analisis Pendapatan Perkapita Kota Kediri
Pada umumnya, terdapat 3 macam indikator-indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan dalam penelitian, meliputi:
a.       Indikator Distribusi Pendapatan Perorangan
b.      Kurva Lorenz
c.       Koefisien Gini
Dari ketiga indikator distribusi Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berhimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan, semakin kecil nilai dari koefisien gini, menunjukkan distribusi pendapatan yang lebih merata, dan semakin besar nilai dari koefisien gini, menunjukkan distribusi pendapatan yang tidak merata.
Untuk mengetahui tingkat pendapatn perkapita pada Kota Kediri, dapat menggunakan perhitungan Indeksi Gini sebagai ukuran ketimpangan pendapatan
Tabel 2.3  Perkembangan Indeks Gini sebagai tolak ukur ketimpangan pendapatan
Tahun
Presentase
2012
0,39
2013
0,33
2014
0,31
2015
0,40
2016
0,37
Sumber :BPS Jawa Timur (Data diolah)

Berdasarkan Tabel Indeks Gini di atas dapat kita ketahui bahwa tingkat ketimpangan pendapatan yang ada pada kota Kediri masih tergolong tinggi hal ini berdasarkan pada tingkat pengukuran ketimpangan yang dinyatakan adanya ketimpangan apabila tingkat Indeks Gini mencapai > 0,3 (lebih dari 0,3). Tingkat ketimpangan pendapatan di Kota Kediri mengalami Fluktuasi hampir sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2012 tingat ketimpangannya mencapai presentase 0,39, pada tahun 2013 ketimpangan pendapatan mengalami penurunan yaitu menjadi 0,33, Pada tahun 2014 tingkat ketimpangan kembali mengalami perununan yaitu menjadi  0,31 hal ini karena bencana gunung meletus yang terjadi di salah satu kawasan dan berdampak pada beberapa kawasan di kota Kediri sehingga kegiatan perekonomian terhampat dan distribusi pendapatan kembali tidak merata, Pada Tahun 2015 tingkat ketimpangan pendapatan mulai tumbuh kembali menjadi 0,40 yang merupakan tingkat tertinggi selama periode 2012 sampai 2016, dan Pada tahun 2016 tingkat ketimpangan pendapatan kembali mengalami penurunan menajdi 0,37.
Dalam menghadapi fenomena ketimpangan sosial ini pemerintah kota diri menggencarkan program Bantuan biaya pendidikan bagi keluarga tidak mampu dan pembinaan kepada KSM (Keluarga sangat miskin) dan sampai pada periode 2014 sudah sekitar 400 keluarga miskin mulai terangkat perekonomiannya.

2.3         Analisis Distribusi pendapatan dan Kemiskinan di Kota Kediri
1.      Definisi Pendapatan
Distribusi Pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan dari ukuran dan indikator yang mengukur tingkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.
Pada umumnya, ada 3 macam indikator-indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan dalam penelitian, meliputi:
a.                  Indikator Distribusi Pendapatan Perorangan
b.                  Kurva Lorenz
c.                   Koefisien Gini

Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berhimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan, semakin kecil nilai dari koefisien gini, menunjukkan distribusi pendapatan yang lebih merata, dan semakin besar nilai dari koefisien gini, menunjukkan distribusi pendapatan yang tidak merata.


2.      Analisis Distribusi Pendapatan Kota Kediri
Di dalam melakukan analisis mengenai distribusi pendapatan yang ada di Kota Kediri, penggunaan data distribusi pendapatn yang ukur berdasarkan harga konstan yang berlaku saat itu.
Tabel 2.4 Distribusi pendapatan menurut harga konstan
URAIAN
2012
2013
2014
2015
2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
0.28
0.27
0.28
0.28
0.27
Pertambangan dan Penggalian
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Industri Pengolahan
81.63
81.51
81.71
81.93
81.64
Pengadaan Listrik dan Gas
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
Konstruksi
1.83
1.82
1.85
1.83
1.85
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
9.45
9.50
9.20
9.01
9.23
Transportasi dan Pergudangan
0.37
0.38
0.40
0.40
0.41
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.33
1.35
1.43
1.47
1.54
Informasi dan Komunikasi
1.97
1.99
1.95
1.90
1.92
Jasa Keuangan dan Asuransi
0.90
0.92
0.94
0.94
0.94
Real Estate
0.42
0.42
0.41
0.41
0.41
Jasa Perusahaan
0.19
0.19
0.19
0.19
0.19
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.42
0.39
0.36
0.35
0.34
Jasa Pendidikan
0.73
0.75
0.77
0.77
0.76
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.15
0.15
0.16
0.16
0.16
Jasa lainnya
0.32
0.31
0.32
0.33
0.32
 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Sumber :BPS Kota Kediri

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa distribusi pendapatan yang dihasilkan oleh Penduduk kota Kediri tidak tersebar dengan baik. Tingkat tertinggi dari pendapat yang diperoleh Kota Kediri ada pada sector industri pengolahan atau industri manufaktur yaitu setiap tahunnya selalu menduduki tingkat kurang lebih 81 persen, sedangkan yang kedua yaitu pada perdagangan besar dan eceran yaitu masih menduduki angka lebih dari 9%. Angka dari distribusi pendapatan setiap sector pada setiap tahunnya selalu mengalami perubahan hal ini berhgantung pada kondisi ekonomi mikro dan makro yang ada pada daerah tersebut. Dengan tingkat tingkat pendapatan dari sector sekunder menunjukan bahwa tingkat distribusi pendapatan belum mencapai angka maksimal dan dikatakan baik, hal ini dikarenakan sector primer atau sector pokok penunjang kehidupan masih pada angka 1 persen sehingga dari sini ketimpangan distribusi pendapatan sudah sangat jelas terjadi. Dapat di ketahui bahwa wilayah industri dan perdagangan di kota Kediri terletak pada Kecamatan kota dan Kecamatan Pesantren yang notabennya padat penduduk, sedangkan di Kec Mojoroto adalah wilayah yang digunakan untuk pertanian, home industri dan wisata alam yang sangat jarang penduduk, disini dapat diartikan bahwa ketipangan sosial dan pendapatann banyak terjadi pada kecamantan Mojoroto.



3.      Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah global, dimana sebagian orang memahami istilah ini secara subjektif dan komparatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral dan evaluatif, serta sebagian lainnya memahami dari sudut pandang ilmiah yang telah mapan.
Kuncoro (2003:123) mengemukakan bahwa Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum, dimana pengukuran kemiskinan didasarkan pada konsumsi. Berdasarkan konsumsi ini, garis kemiskinan terdiri dari dua unsur, yaitu:
1)                 Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya.
2)                 Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari

4.      Analisis Kemiskinan di Kota Kediri
Tabel 2.5Garis kemiskinan dan presentase penduduk miskin di kota Kediri
Tahun
Garis Kemiskinan
Jumlah
Total Persentase
2011 
288.876
23,30
8,60
2012
316.693
22,30
8.11
2013
349.925
22,70
8.20
2014
366.788
22,13
7.95
2015
386.521
23,77
8.51
2016
400.096
23,64
8.40
Sumber : BPS Kota Kediri

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa tingkat kemiskinan atau garis kemiskinan di kota Kediri mengalami kenaikan, sedang dalam jumlah penduduk miskin yang dinyatakan dalam persen mengalami fluktuasi, dari dua data tersebut maka diperoleh total presentase yang menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di kkota Kediri mengalami fluktuasi pada tahun 2011 totdal presentase kemiskinan mencapai 8,60 persen, kemudian pada tahun 2012 prosentase kemiskinan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,49 persen sehingga menjadi 8,11 persen, Pada tahun 2013 tingkat kemiskinan kembali mengalami kenaikan sekitar 0,9 persen sehingga menjadi 8,20 persen, pada tahun selanjutnya yaitu 2014 angka kemiskinan mencapai angka terendah selama periode 2012 sampai 2016 yaitu mencapai 7,95 persen, akan tetapi pada tahun 2015 angka kemiskinan kembali meninggi menjadi 8,51 persen, pada pada tahun terakhir tahun 2016 angka kemiskinan kembali mengalami penurunan sekitar 0,11 persen sehingga menjadi 8,40 persen.
Pada periode tersebut pemerintah berupaya mengentaskan kemiskinan di kota Kediri dengan  mengadakan program prodamas yang di dalamn ya terdapat bantuan sosial pengentasan kemiskinan. Selain itu peemerintah juga memberikan bantuan rastra yang dananya di peroleh dari APBD, dan pada periode tarkhir usaha pemerintah kota Kediri dalam mengentaaskan kemiskinan mulai menuju pada titik terang dimana perlahan tingkat kemiskinan mulai diturunkan dan diharapkan pada tahun-tahun kedepannya angka tersebut bisa terus menurun sehingga menjadikan kota Kediri kota dengan angka kemiskinan terkecil di Indonesia.

2.4         Analisis Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah daerah Kediri (APBD)
1.      Definisi APBD
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Merupakan rencana keuangan daerah tahunan yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian, APBD merupakan alat atau wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program dimana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar akan dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa sumber pendapatan atau penerimaan daerah terdiri atas:
a.         Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain.
b.        Dana Perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
c.         Pendapatan Daerah yang lainnya (Pendapatan daerah yang Sah)

Berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan, Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 Pasal 21 menyatakan, bahwa Anggaran Pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tidak boleh melebihi anggaran penerimaan suatu daerah.

2.      Analisis Pendapatan dan Pengeluaran pemerintah daerah Kota Kediri
Pada Tahun 2012 Pendapatan daerah kota Kediri berasal dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lai pendapatan asli daerah yang sah yang berjumlah Rp.111.068.694.883,07, dana pertimbangan yang berjumlah Rp.581.309.730.651,40, dan dana lain-lain yang terdapat pada daerah berjumlah sebesar Rp.142.172.996.758,00




Tabel 2.6 pemasukan dana daerah kota Kediri
PENDAPATAN
Uraian
Jumlah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
26.501.643.709,80

Hasil Retribusi Daerah
9.570.283.471,00

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1.397.499.790,84

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
73.599.267.911,43
Dana Pertimbangan
Bagi hasil apajk/ bagi hasil bukan pajak
90.513.867.651,40

Dana alokasi umum
490.371.763.000,00

Dana Alokasi Khusus
424.100.000,00
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana bagi hasil dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya
42.774.835.758,00

Dana penyesuaian otonomi khusus
71.136.871.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya
28.261.290.000,00
Total Pendapatan

834.551.422.292,47
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Tahun 2012 pengeluaran dana kota Kediri terdiri dari Belanja tidak langsung yang berjumlah Rp.481.738.466.482,94 dan Belanja Langsung sejumlah Rp.441.478.907.557,79




Tabel 2.7 pengeluaran Dana daerah Kota Kediri
PENGELUARAN
Uraian
Jumlah
Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
437.202.911.992,94

Belanja Hibah
32.629.584.563,00

Belanja Bantuan sosial
10.210.599.517,00

Belanja Bagi hasil
0,00

Belanja Bantuan Keuangan
562.886.060,00

Belanja tidak terduga
1.132.484.350,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
70.830606.298,31

Belanja Barang dan Jasa
155.708.217.150,00

Belanja Modal
214.940.084.109,48
Total Pendapatan

923.217.374.040,73
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Pada Tahun 2013 Pendapatan daerah kota Kediri berasal dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lai pendapatan asli daerah yang sah yang berjumlah Rp.126.965.344.661.88, dana pertimbangan yang berjumlah Rp.669.592.072.967,00, dan dana lain-lain yang terdapat pada daerah berjumlah sebesar Rp.113.856.070.212,00

Tabel 2.8 pemasukan dana daerah kota Kediri
PENDAPATAN
Uraian
Jumlah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
45.975.956.255,40

Hasil Retribusi Daerah
9.330.554.477,00

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1.285.466.633,96

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
70.373.367.294,83
Dana Pertimbangan
Bagi hasil apajk/ bagi hasil bukan pajak
76.649.373.967,00

Dana alokasi umum
562.943.089.000,00

Dana Alokasi Khusus
29.999.610.000,00
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana bagi hasil dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya
34.024.724.212,53

Dana penyesuaian otonomi khusus
71.136.871.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya
8.694.475.000,00
Total Pendapatan

910.413.487.840,72
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Tahun 2013 pengeluaran dana kota Kediri terdiri dari Belanja tidak langsung yang berjumlah Rp. 533.131.920.423,72 dan Belanja Langsung sejumlah Rp.420.126.138.417,00
Tabel 2.9 pengeluaran Dana daerah Kota Kediri
PENGELUARAN
Uraian
Jumlah
Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
470.098.643.935,72

Belanja Hibah
41.315.898.563,00

Belanja Bantuan sosial
20.552.680.000,00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota
564.697.925,00

Belanja tidak terduga
600.000.000,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
69.992.630.783,00

Belanja Barang dan Jasa
159.403.106.360,00

Belanja Modal
190.730.401.274,00
Total Pendapatan

953.258.058.840,72
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Pada Tahun 2014 Pendapatan daerah kota Kediri berasal dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lai pendapatan asli daerah yang sah yang berjumlah Rp.137.460.804.933,34, dana pertimbangan yang berjumlah Rp.741.712.896.325,00, dan dana lain-lain yang terdapat pada daerah berjumlah sebesar Rp.109.113.302.212,00

Tabel 3.0 pemasukan dana daerah kota Kediri
PENDAPATAN
Uraian
Jumlah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
49.278.956.255,40

Hasil Retribusi Daerah
10.012.731.877,00

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1.285.466.633,96

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
76.883.650.166,98
Dana Pertimbangan
Bagi hasil apajk/ bagi hasil bukan pajak
72.381.037.325,53

Dana alokasi umum
634.351.359.000,00

Dana Alokasi Khusus
34.980.320.000,00
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana bagi hasil dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya
34.024.724.212,53

Dana penyesuaian otonomi khusus
71.136.871.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya
3.951.707.000,00
Total Pendapatan

988.287.003.470,87
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Tahun 2014 pengeluaran dana kota Kediri terdiri dari Belanja tidak langsung yang berjumlah Rp. 634.636.399.599,72 dan Belanja Langsung sejumlah Rp.519.189.810.220,00
Tabel 3.1  pengeluaran Dana daerah Kota Kediri
PENGELUARAN
Uraian
Jumlah
Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
560.338.475.591,72

Belanja Hibah
30.200.780.803,00

Belanja Bantuan sosial
32.532.445.240,00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota
564.697.925,00

Belanja tidak terduga
11.000.000.000,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
74.582.745.516,08

Belanja Barang dan Jasa
208.475.008.890,00

Belanja Modal
236.132.401.274,00
Total Pendapatan

1.153.826.209.779,72
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Pada Tahun 2015 Pendapatan daerah kota Kediri berasal dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lai pendapatan asli daerah yang sah yang berjumlah Rp.166.936.404.103,00, dana pertimbangan yang berjumlah Rp.770.952.509.419,00, dan dana lain-lain yang terdapat pada daerah berjumlah sebesar Rp. 209.491.366.212,53.
Tabel 3.2  pemasukan dana daerah kota Kediri
PENDAPATAN
Uraian
Jumlah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
58.000.400.000,00

Hasil Retribusi Daerah
8.181.459.127,00

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1.061.637.000,00

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
99.692.907.976,00
Dana Pertimbangan
Bagi hasil apajk/ bagi hasil bukan pajak
104.517.430.419,00

Dana alokasi umum
634.461.169.000,00

Dana Alokasi Khusus
31.973.910.000,00
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana bagi hasil dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya
50.024.724.212,53

Dana penyesuaian otonomi khusus
115.614.439.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya
43.852.203.000,00
Total Pendapatan

1.147.380.279.734,53
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Tahun 2015 pengeluaran dana kota Kediri terdiri dari Belanja tidak langsung yang berjumlah Rp. 641.514.640.831,72 dan Belanja Langsung sejumlah Rp. 790.809.855.807,00
Tabel 3.3 pengeluaran Dana daerah Kota Kediri
PENGELUARAN
Uraian
Jumlah
Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
581.716.043.591,72

Belanja Hibah
24.962.821.000,00

Belanja Bantuan sosial
30.252.261.448,00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota
583.514.792,00

Belanja tidak terduga
4.000.000.000,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
101.836.742.061,25

Belanja Barang dan Jasa
334.807.310.816,75

Belanja Modal
354.165.802.929,00
Total Pendapatan

1.432.324.496.638,72
Sumber: Pemerintah Kota Kediri
Pada Tahun 2016 Pendapatan daerah kota Kediri berasal dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lai pendapatan asli daerah yang sah yang berjumlah Rp.191.731.519.491,43, dana pertimbangan yang berjumlah Rp.795.237.462.291,00, dan dana lain-lain yang terdapat pada daerah berjumlah sebesar Rp.191.395.443.531,00.

Tabel 3.4 pemasukan dana daerah kota Kediri
PENDAPATAN
Uraian
Jumlah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
70.509.535.990,43

Hasil Retribusi Daerah
8.607.702.659,00

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1.496.662.100,00

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
111.117.618.742,00
Dana Pertimbangan
Bagi hasil apajk/ bagi hasil bukan pajak
104.883.018.291,00

Dana alokasi umum
617.780.644.000,00

Dana Alokasi Khusus
72.573.800.000,00
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana bagi hasil dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya
70.781.004.531,00

Dana penyesuaian otonomi khusus
115.614.439.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya
5.000.000.000,00
Total Pendapatan

1.178.364.425.313,43
Sumber: Pemerintah Kota Kediri

Tahun 2016 pengeluaran dana kota Kediri terdiri dari Belanja tidak langsung yang berjumlah Rp. 577.421.051.944,95 dan Belanja Langsung sejumlah Rp.936.431.452.809,10
Tabel 3.5  pengeluaran Dana daerah Kota Kediri
PENGELUARAN
Uraian
Jumlah
Belanja tidak langsung
Belanja Pegawai
533.326.731.269,95

Belanja Hibah
16.470.410.000,00

Belanja Bantuan sosial
22.896.850.000,00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota
727.060.675,00

Belanja tidak terduga
4.000.000.000,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
118.567.810.153,00

Belanja Barang dan Jasa
417.411.822.679,10

Belanja Modal
400.451.819.977,00
Total Pendapatan

1.513.852.504.754,05
Sumber: Pemerintah Kota Kediri



2.5              Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah Kediri
1.      Definisi Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan Ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan sumberdaya yang ada yang dilakukan oleh pemerintah dan juga masyarakat dengan membentuk pola kemitraan anatar pemerintah dengan pihak swasta untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pembangunan ekonomi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki penggunaan suatu sumber daya yang tersedia di suatu wilayah sehingga sumber daya yang ada terolah dengan baik dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar terlebih lagi meningkatkan perekonomian daerah.
Dalam hal pembangunan Ekonomi daerah sudah pasti Pemerintah Kota Kediri harus ikut berpartisipasi dalam pembangunan-pembangunan ekonomi yang ada di wilayah Kota Kediri. Hal ini dianjurkan agar upaya pembangunan tersebut tidak menyebabkan kerugian pada suatu daerah, melestarikan adat istiadat setempat, tidak merusak lahan pertanian yang produktif, dan terciptanya situasi yang kondusif di setiap wilayah yang ada di Kota Kediri.
Saat ini strategi yang dapat diambil dalam upaya pembangunan ekonomi Kota Kediri, antara lain :
1.                       Mulai perlahan menghentikan ketergantungan terhadap PT Gudang Garam
2.                       Pembangunan Pertanian, Peternakan, Perikanan, perkebunan untuk memeprkuat swasembada pangan.
3.                       Meningkatkan potensi wilayah di tiga kecamatan.
4.                       Pemerataan distribusi pendapatan dan persebaran penduduk.
5.                       Pemerataan pembangunan Infrastruktur
6.                       Mempermudah pengurusan surat izin usaha
7.                       Memperbanyak UMKM
8.                       Peningkatan kualitas pendidikan
9.                           Pencanangan progam bantuan (KSM) dengan memberikan sosialisasi dan bimbingan sampai pada pengentasan dari kemiskinan.
10.                       Mengembangkan industri pariwisata untuk mendorong kreatifitas dan produktifitas masyarakat memajukan ekonomi masyarakat dan melestarikan budaya daerah
11.                       Pengembangan Koperasi
12.                       Pengembangan lingkungan hidup yang sehat dan seimbang
13.                       Meuwujudkan aparatur pemerintahan yang professional
14.                       Membangun jaringan Informasi dan Komunikasi

Dalam Rangka pembangunan ekonomi kota Kediri, terdapat bebrapa teori yang dapat menjelaskan letak letak tingkatan pembangunan ekonomi antar daerah, yaitu :
1.        Teori Basis Ekonomi
Menurut Teori berbasis Ekonomi ini permintaan terhadap barang dan jasa dari dalam maupun luar daerah atau bahkan ekspor di pengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
2.        Teori Lokasi
Menurut Teori Lokasi ini, lokasi dimana akan di bangunnya sebuah Industri sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
3.        Teori daya Tarik Industri
Menurut Teori daya Tarik industri ini, factor yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh daya Tarik Industri seperti Produktivitas tenaga kerja, spesialisasi industri, prospek bagi permintaan domestic, dll.
.Model Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah terdapat 4 model pembangunan ekonomi, yaitu :
1.       Analisis Share Shift (SS)
2.       Location Quotients (LQ)
3.      Angka Pengganda Pendapatan
4.     Analisis Input-Output (I-O)

Pada dasarnya Kota Kediri memiliki potensi yang sangat besar dengan adanya tiga kecamatan yang berpotensi sebagai daerah industri, daerah pendidikan, dan juga daerah wisata, selain itu letak kota Kediri yang strategis dapat menjadi peluang tersendiri untuk meningkatkan pembangunan ekonomi. Dengan alasan itulah Penulis kemudian menggunakan model analisis Share Shift (SS) untuk menganalisis Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten Kediri. Analisis SS ini menggunakan struktur perekonomian nasional untuk dijadikan titik tumpu perbandingan. Dan berikut hasil analisis berkaitan dengan potensi-potensi yang dimiliki Kota Kediri dan harus dikembangkan :
a.              Sektor Pariwisata
Di Kota Kediri Kawasan Pariwisata sangatlah beragam yaitu meliputi Pariwisata Industri, pariwisata belanja dan kuliner, serta pariwisata olah raga dan seni, serta adanya situs-situs warisan budaya di bebrapa kecamatan,.hal inilah yang harus ditingkatkan pengambangannya agar dapat emnarik investor asing untuk memanamkan modalnya di Kota kediri.
b.             Variasi dan Innovasi Bisnis
Sampai pada saat ini tercatat sekitar 4000 UMKM yang berada di Kota Kediri, dan hal ini bisa lebih di kembangkan agar tidak hanya sebatas UMKM atau agar dapat menjadi perusahaan berskala besar.
c.              Pengembangan Sektor Pertanian
Di beberapa daerah di Kota Kediri terdapat wilayah yang subur dan potensial untuk ememnuhi swasembada pangan masyarakat kota Kediri, oleh karenanya wilayah potensial sumber daya makanan itu haruslah di kembangkan lebih lanjut agar terpenuhinya swasembada pangan di Kota Kediri seperti yang telah di rencakan sebelumnya.
d.             Pengembangan suaka alam dan Cagar Budaya
Di beberapa wilayah di Kota Kediri sangat potensial untuk dijadikan tempat pariwisata karena keindahan alamnya, oleh karena itu pengembangan suaka alam dan cara budaya dinilai dapat memebantu peningkatan perekonomian.

2.6              Analisis Perkembangan Sektor Pertanian, Kelautan dan pengembangan Wisata
1.      Definisi Sektor Pertanian
Sektor pertanian adalah kegiatan untuk mendayagunakan dan  memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup karena itulah sector pertanian termasuk ke dalam sector primer. Dalam sektor pertanian ada beberapa subsektor yaitu tanaman bahan makanan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Dalam Pelaksaan kegiatan pertanian, ada yang langsung mengambil dari alam, tetapi ada pula yang membudidayakan. Pemanfaatan langsung dari alam contohnya adalah pemungutan hasil hutan, perikanan tangkap baik dari laut atau sungai dll. Sedangkan usaha budidaya dilakukan diseluruh subsektor pertanian. 
Kota Kediri merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak komoditas unggulan, seperti jagung, padi, ubi jalar, dan kedelai. Luas lahan sawah di Kota Kediri menurut kecamatan dibedakan menurut teknis, setengah teknis maupun non teknis.  Pada umumnya kegiatan  pertanian dipengaruhi juga oleh masalah pengairan. Didalam sector pertanian ini terbagi menjadi beberapa sub sector, diantaranya adalah sub sector perkebunan, peternakan, hotikultura,dan perikanan.
2.      Perkembangan Sub sector Pertanian
Jenis lahan pertanian yang ada di Kota Kediri adalah sawah dengan sistem irigasi teknis. Luas lahan sawah irigasi di Kota Kediri sekitar 1.903 hektar. Sampai Pada tahun 2016 lahan pertanian tersebut ditanami padi dan palawija seperti: jagung, ubi kayu kacang tanah, dan sedikit kedelai.
Tabel 3.7 Luas Panen (Ha)
Komoditas
2012
2013
2014
2015
2016
Padi
2.654
1.620
2.081
1.707
2.048
Jagung
906
899
937
883
793
Ubi Kayu
26
16
30
24
24
Ubi Jalar
-
2
2
4
-
Kacang Tanah
6
38
25
14
22
Kedelai
8
16
23
23
7
Sumber:BPS Kota Kediri
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa perkembangan pertanian di Kota Kediri selama Periode 2012 sampai pada 2016 yang di ukur berdasarkan Luas panen adalah Fluktuatif, pada tahun 2012 lahan padi di Kota Kediri mencapai 2.654 Hektar, pada Tahun 2013 kemudian mengalami penuruan yang cukup signifikan yaitu menjadi 1.620, Pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi 2.081, pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 1.070, dan Pada tahun terakhir pada tahun 2016 luas lahan padi mengalami kenaikan menjadi 2.048. berdasarkan data luas lahan kebanyakan lahan yang dapat di fungsikan untuk lahan pertanian adalah pada Kecamatan Mojoroto.
         Begitu pula dengan komoditas lainnya seperti jagung, Ubi Jalar, Ubi Kayu, kacang tanah dan kedelai, setiap tahunnya mengalami fluktuasi hal ini bergantung pada kondisi cuaca di kota Kediri dan beberapa komoditas lain kebanyakan di hasilkan di kecamatan Mojoroto.
         Sumbangan sector primer seperti sector pertanian terhadap PDRB sampai pada periode 2016 sangatlah sedikit, masih terpaut jauh apabila di bandingkan dengan sector industri yang begitu tinggi, padahal kondisi alam di Kota Kediri ini sangat mumpuni untuk memenuhi swasembada pangan masyarakat, hanya saja potensi yang ada belum di maksimalkan dalam pengeloaannya. Salah satu produk pertanian yang paling unggulan di kota Kediri adalah tebu, hal ini di dukung dengan adanya industri pengelolaan hasil perkebunan tebu yang ada di Kota Kediri, sehingga pemenuhan kebutuhan akan hasil pertanian tebu sangat mumpuni.


3.      Definisi Sektor Industri
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu kesatuan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan Industri Pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1.              Industri Besar (jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih)
2.              Industri Sedang (jumlah tenaga kerja 20-99 orang)
3.              Industri Kecil (jumlah tenaga kerja 5-19 orang)
4.              Industri Rumah Tangga (jumlah tenaga kerja 1-4 orang)
Di kota Kediri pada dasarnya kawasan industri sangatlah luas, dan terbagi menjadi tiga kawasan yang sangat Kawasan Industri Besar, Kawasan Industri Menengah dan Kawasan Home Industri atau industri rumahan. Industri besar terdiri atas Industri Rokok gudang Garam yang terletak di kelurahan Semampir, Balowerti, dan Dandangan serta Pabrik Gula di kelurahan Mrican dan Pesantren. Industri sedang biasanya berupa Industri Pengelolaan Kayu yang berada di kelurahan Pesantran dan Industri pembuatan makanan yang terletak di kelurahan Betet dan Kelurahan Blabak. Sedangkan Home Industri atau industri rumahan terletak di kelurahan, Bandar Lor, Banjarmlatu, Bandar Kidul, Pkelan, Kampung Dalem, dan Blabak.

4.      Analisis Pertumbuhan Sektor Industri
Perkembangan Industri Berdasarkan klasifikasi subsektor industri nonmigas yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian RI, kondisi aktual sektor perindustrian di Kota Kediri menurut jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksinya disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.8 Industri ditinjau dari subsector tahun 2016
No.
Subsektor
Unit Usaha
Jumlah  Tenaga Kerja (Orang)
Nilai  Produksi    (Rp)
1
Industri Logam dan Mesin
122
            1.231
          21.316
2
Industri Kimia
18
              139
          10.461
3
Industri Aneka
79
              860
         256.561
4
Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan
60
          41.630
      5.187.913
5
Industri Makanan dan Minuman
179
            1.716
          51.492
6
Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit
48
              373
            9.517
7
Industri Kertas dan Percetakan
57
              299
          10.297
J U M L A H
563
          46.248
      5.547.557
Sumber : Pemerintah Kota Kediri
Pada tahun 2016 jumlah industri di Kota Kediri yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu kecamatan kota, pesantren, dan kecamatan mojoroto berjumlah 563 dengan jumlah total pekerja mencapai 46.248. dan berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sampai pada 2016 industri yang paling banyak di kota Kediri adalah pada subsector Makanan dan minuman, dan juga industri logam dan mesin. Akan tetapi industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri hasil pertanian dan kehutanan salah satunya industri rokok dan pabrik gula sebagai industri pengolahan hasil tembakau dan rokok.

5.        Defini Sektor Pariwisata
Wilayah Kota Kediri dan sekitarnya diyakini cukup potensial akan obyek-obyek pariwisata yang dapat dikembnagkan sebagai sumber daerah. Hal ini dikarenakan adanya obyek wisata alam yang cukup petensial seperti Goa Selomangkleng, pegunungan Wilis, aliran Sungai Brantas, maupun obyek wisata buatan seperti Museum Airlangga, dan peningglan situs Kerajaan Kadiri. Disamping itu masih terdapat tempat-tempat rekreasi keluarga, seperti Taman Hiburan Rakyat Pagora, Pemandian Kuwak dan Dermaga Brantas 
Dalam usahanya untuk mengarahkan Kota Kediri sebagai kota Wisata, pemerintah kota Kediri melakukan dua hal. Pertama pengendalian dan pengembangan potensi wisata yang sudah ada, dan kedua menciptakan tempat-tempat wisata buatan yang baru seperti pembuatan Taman Hiburan, pembuatan dermaga, pemberian kesempatan swasta untuk membuka sarana hotel dan hiburan malam.
6.      Analisi Pengembangan Pariwisata di Kota Kediri
Pengembangan utama untuk kawasan wisata Kota Kediri adalah pengembangan Wisata alam dan buatan pada kawasan Gua Selomangkleng. Dalam kawasan tersebut terdapat tempat-tempat bersejarah yang memiliki panorama yang indah bila di kembangkan lebih lanjut. Pengembangan lainnya adalah tempat-tempat bersejarah yang memiliki panorama yang indah bila di kembangkan lebih lanjut. Pengembangan lainnya adalah tempat-tempat wisata buatan yang ada di Kecamatan Kota yaitu pada Taman Tirtoyoso dan Pagora.

Tabel. 3.9 Perkembangan Pariwisata berdasarkan hunian kamar hotel
Kecamatan
Hotel
Kamar
Tempat tidur
Mojoroto
4
115
183
Kota
19
886
1256
Pesantren
2
47
54
Kota Kediri
25
1048
1493
Sumber : BPS kota Kediri
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kota Kediri pada tahun 2016 tingkat perkembangan pariwisata di kota Kediri dari tahun ke tahun semakin baik hal ini dapat di lihat dari jumlah penambahan tingkat hunian atau hotel yang semakin bertambah setiap tahunnya, dan hal ini tampak terlihat di kota Kediri pada Kecamatan Kota sampai pada 2016  terdapat 19 hotel dengan total 886 kamar dan 1256 tempat tidur. Selain itu perkembangan pariwisata juga dapat di ukur berdasarkan tingkat pengunaan transportasi darat dan juga rumah makan di Kota Kediri yangs etiap tahunnya juga mengalami pertambahannya.

2.7         Analisis tentang Permasalahan Ekonomi yang ada di Kabupaten Kediri beserta solusinya.
1.             Tingginya Inflasi yang terjadi di Kota Kediri
Tabel 4.0inflasi Kota Kediri
Tahun
IHK Desember
Inflasi Tahun Kalender (persen)
2012
134.61
4.63
2013
145.44
8.05
2014
118.96
7.49
2015
120.99
1.71
2016
122.56
1.30
Sumber :BPS Kota Kediri
Inflasi yang terjadi di kota Kediri dari tahun ke tahun berangsur mengalami penurunan yaitu pada tahun 2012 inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,63%, kemudian pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 8,05%, dan pada tahun 2014 sebesar 7,49%, kemudian pada yahun 2015 inflasi kota Kediri mengalami penuruan yang sangat signifikan yaitu sebesar 5,78%  sehingga inflasi yang terjadi hanya mencapai 1,71%. Pada Tahun 2016 Inflasi yang terjadi di Kota Kediri masih menyentuh angka 1,30% meskipun angka ini terbilang angka yang paling kecil atau kondisi yang paling baik selama periode 2012 sampai pada periode 2016 akan tetapi hal ini maish tidak menunjukan bahwa kondisi ekonomi kota Kediri terbilang baik. Hal ini di picu oleh kenaikan harga telur ayam ras,bensin atau BBM, Daging aym ras, sayur bayam, cabai rawit, rokok kretek filter, tariff pulsa ponsel, tariff angkutan kota, dan gaji buruh bukan mandor.
Solusi yang dapat di berikan bagi pemerintah dalam menghadapi tingginya inflasi yang terjadi adalah dengan peningkatan pengeloaan terhadap sumber daya pertanian dan perkebunan, berdasarkan data inflasi yang terjadi adalah berkisar antara produk pertanian, peternakan dan perkebunan yang menjadi sector primer di Kota Kediri. Pemerintah sebaiknya menggiatkan sosialisasi dan melakukan bantuan kepada para petani dan pengelola sector primer sehingga pertanian dan beberapa sector menjadi lebih maju, menyumbang lebih banyak PDRB dan juga mengurangi inflasi.
2.      Masih tergantungnya kota Kediri terhadap Perusahaan Gudang garam
Salah satu masalah bagi Kota Kediri adalah masih tergantungan kota Kediri terhadap industri pengolahan tembakau terbesar yaitu Gudang Garam, ketika pendapatan Gudang Garam turun maka sumbangan terhadap PDB yang di ebrikan terhadap Kota Kediri akan Turun dan beberapa dampak lain yang di terima penduduk kota Kediri.
Solusi yang dapat di berikan untuk pemerintah adalah agar pemerintah membuat BUMD dan penguatan Industri-industri baru yang dapat membantu perekonomian, selain itu apabila berkaca kepada daerah lain yang memiliki pendapatan ekonomi yang tinggi seperti Malang dan Surabaya maka hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Kediri adalah membangun perguruan tinggi atau tempat-tempat pendidikan yang dapat menambah invesatsi asing karena tingginya pangsa pasar terhadap beberapa barang.
3.      Tingginya Ketimpangan pendapatan
Masalah yang harus di selesaikan oleh pemerintah adalah masih tingginya ketimpangan pendapatan di antara ketiga kecamatan di Kota Kediri, masyarakat di daerah industri memiliki pendapatan yang tinggi dan masyarakat di daerah lahan pertanian berpendapatan yang rendah, padahal di beberapa kawasan memiliki potensi yang berbeda-beda yang apabila baik pengelolaan maka ketimpangan pendapatan itu akan terselesaikan.
Solusi yang harus di lakukan pemerintah adalah dengan menggiatkan UMKM dan memberikan sarana Informasi dan Transportasi di daerah-daerah pertanian agar usaha mereka lebih terdukung untuk maju.
4.      Masih tingginya angka kemiskinan
Sampai pada tahun 2016 kemiskinan di kota Kediri masih tergolong tinggi, sehingga ini menjadi masalah serius yang harus di hadapi oleh pemerintah kota Kediri.
Solusi yang di berikan kepada pemerintah adalah terus memperbaiki sistem pengantasan kemiskinan yang ada, bukan hanya memberikan abntuan dana akan tetapi lebih ke pembinaan agar mereka yang miskin bisa terangkat dari kemiskinan.
5.      Infrastruktur yang seadanya
Infrastruktur dari kota Kediri yang masih seadanya menjadikan wisatawan yang ingin berkunjung ke Kota Kediri untuk berwisata meinkmati beberapa alam dari Kediri kurang merasa nymana sehingga para wisatawan akan banyak mempertimbangakan ketika ingin berwisata ke kota Kediri
Solusi yang di berikan adalah pemerintah harud terus melakukan perbaikan dari Infrastruktur di Kota Kediri agar kegiatan ekonomi berlangsung dengan lancer, pendapatan dari sana semakin tinggi dan banyak wisatawan yang datang ke kota Kediri sehingga pariwisata menjadi lebih terkenal dan banyak investor asing yang tertarik untuk menanamkan modalnya di kota Kediri
6.      Pengeloaan sector pertanian yang belum maksimal
Sector pertanian adalah sector primer dimana menghasilkan kebutuhan pokok seluruh masyarakat, di kota Kediri pengelolaan pertanian baik peternakan, perkebunan, holtikultura dan juga perikanan masih belum begitu maksimal sehingga hasil yang di peroleh dari pertanian tidak seimbang bagi kebuttuhan masyarakat yang sangat tinggi terlebih lagi untuk swasembada pangan.
Solusi yang di berikan untuk pemerintah dan masyarakat adalah agar membuat perbaikan terhadap lahan pertanian dan pemanfaatan lahan-lahan kosong yang berpotensi, kemudian memberikan bantuan berupa alat canggih untuk memperbaiki hasil pertanian, pemberian sosialisasi kepada masyarakat agar termotivasi meningkatkan hasil pertanian, memberikan bibit-bibit unggul untuk tanaman dan ternak agar hasil lebih maksimal







BAB III
PENUTUP
4.1         Kesimpulan
Kota Kediri berada pada jalur trans antara Surabaya dengan Ngajuk, Tulungagung, Blitar, dan Malang dan telah di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) yang berfungsi sebagai pendorong sistem perkotaan sebagai pusat pelayanan sekunder. Selain itu kota Kediri juga merupakan pusat kota industri,jasa, perdangan, pendidikan dan pariwisata regional, hal ini dikarenakan Kota Kediri memliki kawasan-kawasan strategis yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan sesuai dengan potensi wilayah-wilayah yang ada.
Melihat dari sejumlah potensi yang dimiliki oleh Kota Kediri perlu diketahi bahwa dalam upaya pembangunan ekonomi kota Kediri agar lebih maju dna meningkat terdapat bebrapa teori yang dapat menjelaskan letak letak tingkatan pembangunan ekonomi antar daerah, yaitu :
1.        Teori Basis Ekonomi
Menurut Teori berbasis Ekonomi ini permintaan terhadap barang dan jasa dari dalam maupun luar daerah atau bahkan ekspor di pengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
2.        Teori Lokasi
Menurut Teori Lokasi ini, lokasi dimana akan di bangunnya sebuah Industri sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
3.        Teori daya Tarik Industri
Menurut Teori daya Tarik industri ini, factor yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh daya Tarik Industri seperti Produktivitas tenaga kerja, spesialisasi industri, prospek bagi permintaan domestic, dll.
Di dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi menuju perekonomian yang maju yang memiliki Swasembada pangan sudah barang tentu terdapat sejumlah masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah kota Kediri, diantaranya adalah masih tingginya tingkat inflasi yang terjadi, tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, kurangnya infrastruktur dan sebagainya, pada dasarnya pemerintah sudha emnyiapkan strategi-strategi khusus dalam menghadapi masalah- masalah yang terjaid hanya saja peran kita sebagai masyarakat dan sebagai seorang mahasiswa yang harus lebih di kuatkan, sebaik apapun usaha pemerintah membangun sistem menuju perekonomian yang maju apabila tidak ada dukungan dari Masyarakat yang bersangkutan maka usaha pemerintah tidak akan terealisasikan dengan baik

4.2              Saran
Penulis di dalam menyusun makalah ini terdapat bebepa kekurangan yang mungkin di harapkan dapat di sempurnakan oleh pembaca, diantaranya adalah :
1.      Kurangnya data Real mengenai perkembangan Pariwisata dari tahun ke tahun
2.      Analisis yang mendalam mengenai distribusi pendapatan di Kota Kediri
3.      Analisis yang mendalam Mengenai Struktur Daerah
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki. Maka, diharapkan adanya berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun untuk memperbaiki serta menyempurnakan tugas ini.













Sumber Referensi

1.             Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga.
2.             Badan Pusat Statistik. 2018.
3.             Badan Pusat Statistik.2018
4.             Badan Pusat Statistik Kota Kediri. 2018
5.             Website resmi Pemerintah Kota Kediri
6.             Data Kediri dalam angka 2016
7.             Data Kediri dalam Angka 2017





Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI PESERTA DIDIK BERDASARKAN TEORI NATIVISME

MAKALAH EKONOMI KELAUTAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA