MAKALAH EKONOMI KELAUTAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai kekayaan yang cukup melimpah baik di darat mupun di laut. Tanahnya yang subur mampu menghasilkan berbagai jenis tanaman. Rempah-rempah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bumbu tambahan masakan dan dapat juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan.
Selain tanahnya yang subur, Indonesia juga memiliki wilayah pesisir dan lautan yang luas dengan hasil laut yang melimpah. Selain menghasilkan jumlah tangkapan laut, wilayah pesisir dan laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan pelabuhan, kawasan industri yang memproduksi hasil laut yang diolah dengan berbagai jenis oalahan makanan, agribisnis, dan tempat pariwisata.
Berkaitan dengan pertumbuhan dan pengembangan sumber daya laut, pemerintah mulai memperhatikan proses pengembangannya untuk menghindari adanya oknum ataupun orang-orang yang mencuri kekayaan laut secara besar-besaran. Pemerintah telah membuat suatu kebijakan yang startegis yaitu menjadikan matra laut sebagai sektor tersendiri dalam GBHN 1993 yang mempunyai arti 4 strategis dan antisipatif alasan pokok yaitu:[1] Pertama, bukti fisik membuktikan bahwa Indonesia terdiri atas negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri 17.508 dengan panjang garis pantainya sekitar 81.000 km. Kedua, ketika meningkatnya kegiatan, jumlah penduduk, dan menipisnya sumber daya alam, maka sumber daya kelautan akan menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Ketiga, pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi dari poros Eropa-Atlantik menjadi poros Asia-Pasifik diikuti dengan perdagangan bebas sebagai salah satu aset nasional dengan komperatif yang unggul dan dimanfaatkan secara optimal. Keempat, wilayah pesisir dan lautan merupakan prioritas utama untuk mengembangkan industri hasil laut, agribisnis, dan pariwisata, dampaknya terdapat kota di sekitar pesisir dan laut ikutserta dalam mengembangkan infrastruknya.
Pada saat ini Indonesia dapat dikatakan belum mampu bersaing dengan negara-negara lain, meskipun ditinjau dari letak geografisnya lebih luas dibandingkan negara-negara tetangga. Dalam hal ini diperlukan adanya perhatian khusus untuk mengembangkan dan meningkatkan kembali sektor ekonomi kelautannya.
Di sisi lain, Indonesia juga mempunyai pesona alam yang indah, dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Selain untuk digunakan tempat wisata, juga dapat membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tempat wisata tersebut. Keindahan alam yang di dunia ini dapat dijadikan sebagai media untuk menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat makalah dengan judul “Ekonomi Kelautan dan Pengembangan Wisata”.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan ekonomi kelautan dan pariwisata?
2.    Apa saja ruang lingkup Ekonomi kelautan dan pengembangan Pariwisata?
3.    Bagaimana  Model pengelolaan Ekonomi Kelautan dan Periwisata di Indonesia?
4.    Bagimana Potensi dari Laut dan Pariwisata Indonesia?
5.    Bagaimana perkembangan Ekonomi Kelautan di Indonesia dan pariwisata di Indonesia?
6.    Bagaimana Kebijakan dan Strategi pembangunan Wilayah Lautan di Indonesia?
7.    Apa Masalah dan Tantangan Ekonomi kelautan Di Indonesia?


1.3         Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulisan makalah ini mempunyai tujuan:
1.                  Untuk mengetahui pengertian dengan ekonomi kelautan dan pariwisata
2.                  Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Ekonomi kelautan dan pengembangan Pariwisata
3.                  Untuk mengetahui bagaimana Model pengelolaan Ekonomi Kelautan dan Periwisata di Indonesia
4.                  Untuk mengetahui Bagimana Potensi dari Laut dan Pariwisata Indonesia.
5.                  Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Ekonomi Kelautan di Indonesia dan pariwisata di Indonesia.
6.                  Untuk mengetahui Bagaimana Kebijakan dan Strategi pembangunan Wilayah Lautan di Indonesia.
7.                  Untuk mengetahui Apa Masalah dan Tantangan Ekonomi Kelautan Indonesia.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Ekonomi Kelautan
Ilmu ekonomi atau ekonomika adalah suatu ilmu yang berkiatan dengan usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan adanya alat-alat pemuas kebutuhan yang langka. Pengertian lain dari ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cara manusia baik individu maupun sekelompok masyarakat mengalokasikan sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia.[2]
Pengertian dari laut adalah sejumlah air asin yang berada dalam wilayah yang luas dan menggenangi daratan sehingga dapat menghubungkan benua dan pulau. Sedangkan pengertian dari kelautan adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan laut dan komponen-komponennya.
Ekonomi kelautan atau ocean economic adalah suatu aktivitas ekonomi yang bergantung atau tidak lepas pada laut dan segala produk-produknya.[3] Ekonomi kelautan berasal dari lautan yang sumber dayanya diolah menjadi barang dan jasa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas utama ekonominya berupa industri eksplisit yang berkaitan dengan kelautan dan secara parsial yang berkaitan dengan kelautan dengan lokasinya berada di perbatasan garis pantai.
Menurut Colgan dalam buku “Ekonomi Kelautan dan Pesisir” menyatakan bahwa antara ekonomi kelautan dan ekonomi pesisir mempunyai perbedaan akan tetapi mempunyai keterkaita satu sama lain. ekonomi kelautan adalah suatu aktivitas ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung yang memanfaatkan hasil laut sebagai input. Sedangkan ekonomi pesisir adalah semua aktivitas yang berlangsung di wilayah pesisir.[4] Ditinjau dari letak geografis, ekonomi kelautan sebagian besar berada di wilayah pesisir dan sebagian bukan di wilayah pesisir. Sedangkan ekonomi pesisir semua kegiatan ekonominya berada di wilayah pesisir dengan mempunyai kesempatan kerja yang penuh.
Adapun batas wilayah lautan yaitu  dimulai dari  batas yuridiksi di darat yang diukur berdasarkan rata-rata pasang tinggi atau rendah sampai pada laut lepas sejauh klaim negara yang bersangkutan. Konvensi hukum laut PBB 1982 (UNCLOS 1982) Memberikan hukum bagi negara-negara bahwa pantai untuk menentukan batasan lautan sampai ZEE dan landasan Kontingen. Berdasarkan hal tersebut maka negara memiliki kewenangan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di zona tersebut. Dalam menentukan zona luar wilayah terdapat dua metode pemilihan wilayah, antara lain[5] :
1.             Dengan mengukur sejauh 200 mill laut kea rah laut lepas dimulai dari garis dasar atau garis pangkal (baseline). Pengukuran garis dasar ini didasarkan pada penarikan garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar dari negara yang bersangkutan.
2.             Dengan menggunakan batas maksimum dari wilayah kontinen. Wilayah benua kontinen ini terbagi menjadi landas kontinen, Lereng benua, dan pematang benua.

Ekosistem laut dapat di pandang dari segi Horizontal dan Vertikal. Secara Horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua yaitu laut pesisir atau yang sering disebut dengan Zona neritik yang meliputi daerah paparan benua, dan laut lepas atau sering disebut dengan lautan zona oseanik. Zonasi perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar  factor-faktor fisik dan penyebaran biota. Seluruh perairan laut yang terbuka disebut dengan daerah pelagis. Organisme pelagis adalah organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut.
Pembagian wilayah laut secara vertical dilakukan berdasarkan dengan intensitas cahaya matahari yang memasuki perairan, yaitu bisa dibagi emnjadi zona fotik dan zona afotik. Zona fotik adalah bagian perairan laut yang masih mendapatkan cahaya matahari yang umumnya  berada pada kedalaman 50-150 m. Sedangkan zona afotik adalah zona perairan laut yang tidak mendapatkan cahaya matahari[6]. Secara Vertikal zona afotik pada kawasan pelagis juga dibagi lagi menjadi beberapa zona, antara lain :
1.                  Zona mesopelagis, sona ini adalah bagian teratas dari zona afotik sampai pada kedalaman 700-1000 m atau hingga isotherm 100 C.
2.                  Zona Batipelagis terletak pada daerah yang memiliki suhu berkisar antara 100 - 40 C dengan kedalaman antara 700-1000 dan 2000-4000m
3.                  Zona Abisal pelagis, terletak di atas dataran pasang surut laut smapai kedalaman 6000 m.
4.                  Zona hadal pelagis, Zona ini merupakan perairan terbuka dari palung laut dalam dengan kedalaman 6000 hingga 10.000 m.

Perairan dangkal atau paparan dan juga perairan laut  dalam yang terdapat di Indonesia antara lain adalah[7] :
1.                  Paparan Sunda
Paparan sunda merupakan paparan benua yang terluas di dunia yang meliputi luas sekitar 1,8 juta km persegi, menghubungan pulau-pulau jawa, Sumatra dengan daratan asia dan mencakup laut cina, teluk Thailand, selat malaka dan laut jawa. Paparan sunda di laut Cina Selatan mempunyai dasar yang raa dengan kedalaman sekitar 40 m du sebelah pinggir dekat pantai dan semakin ke tengah kedalamannya bertambah hingga kira-kira 100 m.
2.                  Paparan Sahul
Di dalam paparan Sahul ini terdapat nama, seperti paparan Arafura yang diberi nama oleh Krummel (1897), yang merupakan bagian dari tanjung Van Diemen (Australia) sampai ke Irian dan Paparan Sahul diberi nama oleh Earl (1845) yang terletak diantara Tanjung Laveque dan Tanjung Van Diemen, sedangkan Paparan di sebelah baratnya di sebut Paparan Rowley. Luas Paparan sahul ini adalah 1,5 juta km persegi yang terdiri atas Paparan Arafura 930,000 Km persegi dan Paparan Sahul serta Paparan Rowley masing-masing 300,000 km Persegi.
3.                  Perairan Laut Dalam Kawasan Timur Indonesia
Perairan laut dalam kawasan timur Indonesia ini adalah perairan laut dalam yang terletak di antara paparan Sunda dengan Paparan Sahul.
4.                  Samudra Hindia
Samudra HIndia ialah Samudra atau perairan yang luat yang terletak dis ebelah barat dan selatan Sumatra dan jawa
5.                  Laut Andaman
Laut Andaman adalah laut yang terletak di sebelah utara aceh yang berkedalaman maksimum 4.360 m.

Pariwisata dapat didefinisikan dengan perjalanan yang dilakukan seseorang dari satu tempat menuju tempat lain namun bersifat sementara sebagai usaha mencari kebahagiaan dan  keseimbangan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan juga ilmu.
Yoeti berpendapat bahwa yang disebut dengan pariwisata adalah apabila memenuhi empat kriteria berikut :
1.                       Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain dan dilakukan si luar kediaman dimana orang itu biasanya tinggal.
2.                       Perjalanan yang dilakukan semata-mata adalah untuk bersenang-senang, bukan mencari nafkah di negara atau kota yang dikunjungi.
3.                       Unag yang digunakan untuk belanja oleh wisatawan dibawa dari negara asalnya, dimana dia bisa tinggal dan berdiam, dan bukan diperoleh dari negara yang ia kunjungi atau diperoleh dalam perjalanan saat wisata.
4.                       Perjalanan yang dilakukan lebih dari 24 jam.


2.2         Ruang Lingkup Ekonomi Kelautan
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah berkembang pesat disertai dengan pertumbuhan penduduknya. Adanya teknologi juga telah membantu dalam menunjang pertumbuhan ekonominya. Pelaku ekonomi itu sendiri dari tahun ke tahun berusaha untuk mengembangkan kestabilan ekonominya dengan berbagai inovasinya.
Dalam setiap subsektor ekonomi membutuhkan ruang lingkup yang jelas karena hal ini akan dijadikan sebagai acuan dalam menghitung kontribusi ekonominya, salah satunya adalah ekonomi kelautan. Menurut istilah ekonomi kelautan merupakan suatu pendekatan baru dalam pembangunan ekonomi yang menggunakan sumber daya alam khususnya dalam lingkup kelautan.
Salah satu pakar yang berasal dari Amerika Serikat telah berusaha mengembangkan pendekatan pembangunan ekonomi kelautan. Kildow (2009) mengkategorikan lingkup sektor ekonomi kelautan yaitu:
1.    Kontruksi: dalam industri kelautan, desain kontruksinya berkaitan dengan hal-hal dalam lingkup kelautan.
2.    Sumber daya hayati: dalam industri kelautan, mengembangkan usaha budidaya ikan, penangkapan, pemrosesan atau memproduksi dan pemasaran makanan yang berasal dari laut.
3.    Mineral: dalam industri kelautan berupa batu gamping, pasir, kerikil, produksi dan eksplorasi minyak dan gas.
4.    Pembuatan kapal dan boat: dalam industri kelautan, menyediakan jasa dalam perbaikan dan pembangunan kapal dan boat.
5.    Pariwisata dan Rekreasi: dalam industri kelautan menyediakan jasa hiburan, rekreasi, tempat makan, hotel, taman, tour pemandangan air, dan menyediakan alat-alat olahraga.
6.    Transpotasi laut: dalam industri kelautan dapat berupa transportasi laut dalam, jasa transportasi laut, perlengkapan navigasi, dan pergudangan.
Berdasarkan letak goegrafisnya, perbandingan antara Indonesia dengan Amerika Serikat mempunyai letak perbedaan antara lain:[8]
1.    Indonesia sebagai negara kepulauan, sedangkan Amerika Serikat merupakan negara konstinental atau benua.
2.    Di Indonesia mempunyai daerah tropis sehingga mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau oleh karena itu keragaman sumber daya lautnya cukup tinggi. Sedangkan Amerika Serikat mempunyai  daerah sub-tropis sehingga mempunyai empat musim yaitu musim gugur, musim semi, musim panas, dan musim dingin oleh karena keragaman sumber daya lautnya cukup rendah.
3.    Indonesia telah meratifikasi hukum laut Internasional yang menetapkan bahwa suatu memiliki hak untuk mengelola sumber daya laut yang ada di permukaan, badan air, dan dasar laut untuk kepentingan kemakmuran masyarakatnya. Sedangkan Amerika Serikat memiliki pandangan tersendiri berkaitan dengan kelautan. Sampai saat ini Amerika Serikat tidak bersedia menandatangani dan meratifikasi hukum Internasional, sehingga suatu negara tidak memiliki hak penuh untuk memenuhi hasil lautnya.

2.3         Model Pengelolaan Sumber Daya dalam Ekonomi Kelautan
Dalam suatu negara mempunyai model pembangunan ekonominya yang berbeda-beda. Dengan menganut sistem demokrasi yang berkorelasi positif dalam pembangunan kesejahteraan masyarakatnya. Hubungan antara sistem demokrasi dengan ekonomi lautan adalah keduanya sama-sama memanfaatkan dan mengelola sumber daya laut untuk kemakmuran rakyatnya.
Damanhuri (2010) dalam buku “Ekonomi Politik Dan Pembangunan Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara sedang Berkembang” mengemukakan berkaitan dengan 4 model dalam pembangunan dunia dengan pembangunan sistem demoktrasi yaitu:
1.    Model Negara Kesejahteraan
Negara-negara yang menggunakan sistem sosialis demokrasi yaitu Prancis, Spanyol, Jerman, dan Inggris. Ciri-ciri model ini adalah:
a.              Sistem perpajakan progresif dan jaminan sosial lebih efektif.
b.             Aktor Swasta sebagai agen pertumbuhan yang efesien.
c.              Serikat buruh menentukan dengan beriringan sistem demokrasi parlamenter yang efektif.
Di negara-negara ini telah membuktikan bahwa sumber daya alam yang ada mampu memakmurkan masyarakatnya dan melindungi lingkungannya dari kerusakan ekologis. Kelembagaan koperasi di negara tersebut menjadi peran utama dalam ekonomi kelautan dan perikanan.
2.    Model Negara Kemakmuran
Ciri dari model negara kemakmuran adalah:
a.              Negara berperan seacra sentarlisasi dalam pengambilan keputusan jangka panjang, peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi, terdapat sistem konsensus antara lembaga dan pengembangan teknologi.
b.             Kemitraan swasta dan negara berlangsung dalam perebutan pasar dunia.
c.              Sistem subsidi yang diberikan kepada petani dan kelas sosialnya masih cukup rendah.
d.             Serikat buruh kurang berperan secara siginifikan karena kompensasi dalam proses mikro perusahaan berupa konsultasi reguler.
3.    Model Populis
Ciri-ciri model populis adalah:
a.              Hard Policy atau kebijakan keras yang memaksa pelaku ekonomi memperoleh sesuatu sesuai kebutuhannya dengan cara membangun sekumpulan kecil yang terbagi dengan beberapa bagian untuk menangani ledakan penduduk, pengangguran, dan kemiskinan.
b.             Menggunakan sistem monopoli atau sentralisasi dalam pengambilan keputusan oleh sekelompok kecil dan menutup hak-hak yang berbeda pendapat menyangkut arah dan sistem suatu negara.
c.              Pendekatan aparat yang bersifat represif demi menjamin kontrol politik supaya sistem yang berlaku dapat bekerja secara efektif.
4.    Model Neoliberalisme
Ciri-ciri dalam model neoberalisme adalah:
a.              Memberikan kepercayaan secara kepada mekanisme pasar dan swasta dapat menciptakan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan lapangan pekerjaan.
b.             Peran pemerintah dalam model ini cukup terbatas kecuali peran sebagai pertahanan dam mengoreksi ketidaksempurnaan pasar.
c.              Adanya pajak yang rendah dan sistem bunga yang rendah bersifat intensif bagi swasta agar berperan secara maksimal.
d.             Memotong subsidi seperti jaminan kesehatan yang rendah dan pengangguran dapat menciptakan kelas sosial yang rendah.

2.4         Potensi Sumber Daya Laut Indonesia
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan laut seluas 5,8 juta kilometer persegi, namun potensi kelautan yang dimiliki Indonesia belum terealisasi sepenuhnya. Hal ini dapat dberdasarkan data Badan Pusat Statistik RI 2017 terlihat bahwa nilai PDB nasioal tahun 2016 yang mencapai Rp. 9.433 triliun menurut harga konstan 2010 atau Rp. 12.406 Triliun menurut harga berlaku. Berdasarkan release BPS tersebut terlihat kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB nasional relatif stabil untuk harga konstan, yaitu 2,27 persen, sementara untuk harga berlaku sedikit ada peningkatan yaitu dari 2,51 pada tahun 2015 menjadi 2,56 pada tahun 2016. Hal ini masih sangat jauh bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki luas laut tak seluas laut indoensia akan tetapi potensi yang dimiliki dimanfaatkan dengan baik sehingga dari sumber daya laut sumbangan PDB yang diperoleh lebih dari 30%. Sedangkan di Indonesia sendiri masih kurang dari 30% meskipun setiap tahunnya selalu ada peningkatan[9].
Potensi Pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan luatan di Indonesia di klasifikan menjadi tiga kelompok, yaitu[10] :
1.             Sumber Daya Pulih (Renewable Resource)
a.              Hutan Mangrove
Ekosistem pertama yang mendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan adalah hutan mangrove. Fngsi lain dari mangrove ialah sebagai penyedia nutrient bagi biota , penahan abrasi, angina topan, Tsunami, penyerap limbah, pencegah instrusi air laut, dan beberapa fungsi lain.
b.             Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Terumbu karang ini berpotensi sebagai penyedian nutrient bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan bagi berbagi biota, dan merupakan temapt tinggal berbagai ikan seperti ikan karang, udang karang, alga karang, ikan teripang dan mutiara.
c.              Padang Lamun
Lamun atau yang sering di sebut dengan Seagrass adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kehidupan di bawah laut.Lamun biasanya hidup di perairan dangkal  agak berpasir atau biasanya banyak di jumpai di ekosistem terumbu karang. Seperti halnay rumput di daratan Lamun juga membentuk padang yang luas dan hebat di dasar laut yang masih bisa terjangkau oleh cahaya matahari yang dapat membantu proses pertumbuhan dari Lamun ini.
d.             Rumput Laut
Rumput laut di Indoesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya rumput laut yang tersebar hinga 27 provinsi ayng mencakup area seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Potensi rumput laut sendiri banyak digunakan untuk bahan makanan dan juga bahan obat-obatan.
e.              Sumber Daya Perikanan Laut
Sumber daya perikanan di Indonesia terdiri dari sumber daya  perikanan pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil yang dapat mencapai 2.432.000 ton/tahun, sumber daya perikanan demersal yang mencapai 3.163.630 ton/ tahun, udang mencapai 100.720 ton/tahun. Dengan demikian, secara nasional potensi lestari sumber daya perikanan laut sebesar 6,7 Ton/tahun dengan tingkat pemanfataan sebesar 48%.
f.              Bahan-bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif atau berbagai macam bahan kimia yang terkandung dalam tubuh biota perairan laut merupakan potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industry farmasi, kosmetika, dan pangan.
2.             Sumber Daya Tak Dapat Pulih (Non-renewable resources)
Sumber daya yang tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi. Sumber daya mineral terdiri dari mineral kelas A (Mineral Strategis : Minyak, Gas, dan Batu Bara), Mineral kelas B (Mineral Vital : emas, timah,  nikel, bauksit, bijih besi, cromite), dan juga mineral kelas C (Mineral Industri ; Granit, kapur, tanah liat, kaolin dan pasir)
3.             Jasa-jasa lingkungan (Environmental services)
Yang dimaksud dengan jasa-jasa lingkungan pada sumber daya laut adalah kawasan pesisir dan lautan sebagai wahana atau tempat wisata, media transportasi, media pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan , kawasan perlindungan, dan penunjang kehidupan.

Dengan adanya potensi yang luar biasa tersebut Indonesia sangat berpeluang untuk meningkatkan perekonomiannya melalui sector kelautan, peluang besar lainnya bagi Indonesia ialah permintaan dunia untuk ikan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia, pangsa pasar internasional yang terus meningkat dengan adanya sistem perdangan bebas, pengembangan produk potensial perikanan.

2.5         Perkembangan Ekonomi Kelautan dan Pariwisata di Indonesia
Indonesia mempunyai kekayaan akan sumber daya kelautan dan perikanannya yang didukung dengan aspek-aspek ekonomi, sosial, keamanan, dan ekologisnya. Berdasarkan letak wilayahnya yang berupa kepulauan tersebut, Indonesia mempunyai peluang untuk membangun dan mengembangkan perekonomiannya. Namun sampai saat ini kontribusi perkembangan ekonomi kelautannya belum menemukan titik terang dalam mengoptimalkan sumber daya kelautan yang ada[11].
Pada tahun 2009 nilai investasi pada sektor perikanan masih belum ada. Hal ini telah membuktikan bahwa sektor perikanan belum mendapat perhatian dari pemerintah. Pihak pemerintah belum meyakinkan para pemodal dalam negeri untuk menanamkan modal investasi pada sektor perikanan. Nilai investasi yang rendah juga akan mempengaruhi usaha dalam sektor perikanan. Penurunan ini dipengaruhi oleh buruknya iklim investasi dan kinerja usaha sehingga menurunkan proses ekspor produk perikanan Indonesia.
Pada tahun 2010, kinerja ekonomi kelautan dan perikanan belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan yang ditunjukkan dengan 5 hal yaitu:
1.    Pertumbuhan impor ikan dan produk perikanan lebih tinggi dari pada pertumbuhan nilai ekspor nasional. Hal ini memerlukan perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki dampak keterpurukan dari produk ikan tersebut.
2.    Pada tahun 2010 telah terjadi pencurian hasil laut secara besar-besaran. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan terhadap kapal pengawas perikanan yang dialihkan untuk produksi budidaya perikanan.
3.    Kementrian Kelautan dan Perikanan belum mencarikan alternatif pakan ikan selain impor tepung ikan. Keberadaan pakan ikan sangat penting karena hampir 60% biaya produksi budidaya ikan adalah pakan.
4.    Investasi dalam negeri masih berada dalam kategori yang rendah. Hal ini perlu ditindak lanjuti agar potensi sumber daya lautnya dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
5.    Keadaan dan tingkat kesejahteraan para nelayan dan budidaya mengalami penurunan. Hal tersebut dipengaruhi oleh naik turunnya harga ikan yang berubah-ubah. Selain itu perubahan cuaca yang tidak menentu, membuat para nelayan tidak berlayar untuk mencari ikan sehingga pemasokan jumlah ikan terbatas.
Perkembangan Ekonomi kelautan dari tahun per tahun di Indonesia terus mengalamai peningkatan, meskipun masih belum sampai 30% dalam menyumbang terhadap PDB. Berdasarkan data BPS, peningkatan hasil kelautan terus meningkat bahkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup signifikan  dari 452.581 ton/ tahun pada tahun 2013 menjadi 621.099,1 ton/tahun. Pada tahun 2014 Hasil kelautan Indonesia mengalami penurunan yang di sebabkan oleh Ekspor sumber daya Mineral laut yang dilakukan tanpa pengolahan terlebih dahulu atau Ekspor mentah, hal ini berpengaruh terhadap nilai pendapatan per tahun. Hasil kelautan terbanyak di Indonesia adalah dari Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 193939.1 ton/ tahun dan Juga Sulawesi selatan yaitu mencapai 23483.2 ton/ tahun[12].



Provinsi dan Lainnya
Tabel Produksi Perikanan Laut yang Dijual di Indonesia
Produksi Perikanan Laut Yang Dijual Di TPI (Ton)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

ACEH
910
1841
4042
4676
5629
5978
9975
15968
12747
9438
117171.2

SUMATERA UTARA
6686
3082
93
1214
1841
63004
84686
8019
8662
7305
7221

SUMATERA BARAT
469
335
5063
8650
27813
4047
13971
7509
3074
1414
1775.6

RIAU
236
163
118
90
261
440
475
327
495
-
-

JAMBI
-
-
-
-
-
-
459
-
-
-
-

SUMATERA SELATAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

BENGKULU
29
20
-
200
530
766
1454
1254
2215
3929
3120

LAMPUNG
2977
3259
6599
3070
4507
4733
4831
1551
1193
2978
2816.6

KEP. BANGKA BELITUNG
4387
5780
5861
7771
7594
6608
8834
6887
8462
16970
1438.7

KEP. RIAU
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

DKI JAKARTA
27058
26553
24881
35348
39820
30362
31426
25938
21203
23846
26601.1

JAWA BARAT
23546
23150
48958
54092
54906
34935
51989
44566
40412
85996
78975.5

JAWA TENGAH
113614
152352
146284
163856
159307
158961
279641
145530
210495
178259
193939.1

DI YOGYAKARTA
596
623
629
1851
1171
1492
1020
1040
1465
1397
2769.6

JAWA TIMUR
48554
60058
41259
58799
92489
104634
81672
68027
40506
60953
93498.9

BANTEN
6753
7689
11197
7490
8071
6509
16668
7710
4624
4071
7525.5

BALI
11430
15828
8108
20206
18821
34706
29694
1095
2799
4506
11058.3

NUSA TENGGARA BARAT
3647
4300
4610
5019
6633
7678
10131
6028
5302
5637
5689

NUSA TENGGARA TIMUR
1365
1460
2072
4053
4053
4280
6336
4307
5739
3827
0

KALIMANTAN BARAT
5694
6320
6636
10230
10869
9931
9200
7445
1836
1020
4125.8

KALIMANTAN TENGAH
315
405
-
-
48
-
509
-
-
-
4282.8

KALIMANTAN SELATAN
8748
8510
6579
14850
15528
17931
18928
13594
8880
-
-

KALIMANTAN TIMUR
7399
8251
6464
11141
10060
8465
13727
9753
8756
6216
4612.5

KALIMANTAN UTARA
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

SULAWESI UTARA
89
149
2073
1983
2123
2384
2359
10379
3270
814
11848.2

SULAWESI TENGAH
858
1053
469
842
11252
1176
2871
2389
2152
2314
3341.3

SULAWESI SELATAN
26929
26803
23209
29779
33166
35612
26567
14611
8549
14568
23483.2

SULAWESI TENGGARA
2199
2363
2760
6837
3764
2428
4701
4849
5088
5172
4030.9

GORONTALO
1114
1604
3828
9413
5082
4186
3821
4584
3567
5348
4466.7

SULAWESI BARAT
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

MALUKU
-
3097
-
-
-
-
-
-
264
-
-

MALUKU UTARA
-
-
4312
4569
3837
4879
9176
7935
3272
6470
7173.2

PAPUA BARAT
-
-
-
-
-
-
5166
2601
5346
-
-

PAPUA
-
-
-
-
-
-
-
-
60
134
134.4

LAINNYA
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

INDONESIA
305602
365048
366104
466029
529173
556123
730286
423896
420431
452581
621099.1


Sedangkan Perkembangan Pariwisata di Indonesia berdasarkan data BPS yang pertumbuhannya di ukur berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan manca negara, tingkat hunian kamar Hotel , jumlah pengguna angkutan kereta api, angkutan laut dan udara adalah sebagai berikut[13] :
1.             Jumlah wisman mencapai 5,17 juta orang atau naik 1,31 persen dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2008 sebanyak 5,10 juta orang.
2.             Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 14 provinsi pada Oktober 2009 mencapai rata-rata 49,95 persen, atau naik 4,41 poin dibanding TPK September 2009 sebesar 45,54 persen. TPK hotel berbintang di Bali pada Oktober 2009 naik 1,24 poin bila dibanding September 2009, yaitu dari 63,02 persen menjadi 64,26 persen. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di 14 provinsi selama Oktober 2009 adalah 2,13 hari turun 0,02 poin dibanding keadaan September 2009.
3.             Jumlah penumpang kereta api pada bulan Oktober 2009 mencapai 17,8 juta orang, yang berarti naik 2,72 persen dibanding bulan September 2009. Demikian juga jumlah barang yang diangkut kereta api naik 7,00 persen menjadi 1,5 juta ton. Selama Januari-Oktober 2009, jumlah penumpang mencapai 172,7 juta orang atau naik 6,07 persen, sebaliknya jumlah barang mencapai 15,8 juta ton atau turun 3,48 persen dibanding periode yang sama tahun 2008.
4.             Jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri yang diberangkatkan pada bulan Oktober 2009 tercatat 665,4 ribu orang atau naik 2,59 persen dibanding bulan September 2009, sebaliknya jumlah barang yang diangkut turun 4,64 persen menjadi 10,2 juta ton. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008, selama Januari-Oktober 2009 jumlah penumpang mencapai 5,0 juta orang atau turun 2,24 persen dan jumlah barang yang diangkut 126,8 juta ton atau turun 6,56 persen.
5.             Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada bulan Oktober 2009 mencapai 3,4 juta orang atau naik 21,04 persen dibanding bulan September 2009. Demikian juga jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) naik 10,86 persen menjadi 754,3 ribu orang. Selama Januari-Oktober 2009 jumlah penumpang domestik mencapai 29,0 juta orang atau naik 9,60 persen, dan jumlah penumpang internasional mencapai 6,5 juta orang atau naik 8,26 persen dibanding periode yang sama tahun 2008.

2.6         Kebijakan dan Strategi pembangunan Wilayah Lautan
Pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah pembangunan seluruh wilayah perairan Indonesia dengan segenap sumber daya alam yang terkandung di dalamnya untuk  kesejahteraan  bangsa Indonesia. dengan adanya strategy dalam pembangunan wilayah pesisir dan lautan maka diharapkan pembangunan yang dilakukan akan semakin baik sehingga menunjukan bahwa negara kita mampu secara mandiri mengelola sumber daya alam dengan baik sesuai dengan tujuan nasional[14]
Adanya strategi pembangunan ini bertujuan untuk :
1.                  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha.
2.                  Mengembangkan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan.
3.                  Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melestarikan lingkungan kelautan
4.                  Meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan riset di wilayah perairan dan pesisir lautan.
Pada tahun 1993 di dalam GBHN telah di tegaskan bahwa pembangunan kelautan dalam pembangunan jangka panjang pada 25 tahun kedua atau PJP II yang mulai direalisasikan dengan Repelita IV dan Program Pembangunan Nasional yang di arahkan pada Pendayagunaan sumber daya kelautan dan pemanfaatan wilayah laut yang menyeimbangkan dengan kelesatarian lingkungan, yang ditujukan untuk mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
Tujuan dari adanya PJP II ini adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridiksi Nasional dalam wawasan nusantara serta terciptanya  industry kelautan yang kukuh dan maju yang didorong oleh kemitraan usaha yang erat antara badan usaha koperasi, negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang di dukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Selain itu sasaran pembangunan kelautan melalui pelita VI adalah :
1.                  Produksi perikanan dan penangkapan dan budi daya perikanan laut adalah 3,4 juta ton pertahun atau rata-rata pertumbuhan sebesar 5,2 % per tahun, dengan pemanfaatan potensi lestari sumber daya perikanan sebesar 45%
2.                  Sector pariwisata diperkirakan dapat menghasilkan devisa negara sebesar US$8,9 Milyard dengan kunjungan wisatawan asing sebanyak 6,5 juta orang pertahun atau pertumbuhan rata-rata 12,9 per tahun.
3.                  Peningkatan kemampuan dalam produksi industri galangan kapal, khususnya di kawasan Timur Indonesia sampai 10.000 kapal.
4.                  Peningkatan industry bangunan lepas pantai, rancang bangun dan perekayaan, serta perkembangan industry penunjang yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk kebutuhan Ekspor.
5.                  Penyelesaian peta batas wilayah perairan Indonesia di Zona ekonomi Ekskliusif dan peta landas kontingen.
6.                  Peningkatan ketersediaan Informasi kelautan yang diintergrasikan dalam suatu jaringan sistem informasi geografis nasional.
Berdasarkan arah dan kebijakan dari pembangunan wilayah pesisir dan lautan yang telah ditegaskan dalam GBHN, Maka ditetapkan pokok-pokok kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan kelautan yang tertera di dalam Repelita VI, sebagai berikut :
a.              Menegakkan Kedaulatan dan Yuridiksi Nasional
Didalam menegakkan kedaulatan dan yuridiksi nasional untuk pendayagunaan dan pemerataan fungsi wilayah luat nasional, ditetapkan pula kebijakan :
1)             Menerapkan Konvensi Hukum laut perserikatan bangsa-bangsa 1982 (United Nations Convention on the Law of the sea, atau UNCLOS 1982) dengan menetapkan batas wilayah perairan Indonesia dan ZEE serta melanjutkan upaya penetapan batas wilayah perairan Indonesia untuk di serahkan hasilnya kepada perserikatan bangsa-bangsa sesuai degan ketentuan konvensi hukum laut.
2)             Merumuskan dan menetapkanAlur laut kepulauan Indonesia untuk kepentingan pelayaran internasional sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah yuridiksi nasional Indonesia melalui pengaturan, penetapan, dan pengendalian ALKI
3)             Mengembalikan potensi nasional yang menjadi kekuatan pertahanan keamanan negara di bidang maritime untuk menjamin keselamatan dan pembangunan laut.
4)             Melindungi benda bersejarah yang berada di bawah laut dengan mengupayakan membuatkan peta lokasi dan peraturan untuk benda bersejarah itu.
b.      Meningkatkan Pendayagunaan Potensi laut dan dasar laut
Dalam meningkatkan potensi laut dan dasar laut, di tetapkan kebijakan:
1)             Mengembangkan industri pengolahan ikan untuk menampung hasil tangkapan dan budi daya ikan yang sesuai dengan kebijakan industry tentang penetapan zona industry dan aglomerasi.
2)             Memanfaatkan mengembangkan teknologi penangkapan dan budi daya ikan, udang, rumput laut, mutiara serta teknologi pengelolaan yang efektif dan ramah lingkungan.
3)             Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut.
4)             Mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai cekungan minyak dengan memperhatikan batas-batas eksploitasi.
c.    Meningkatkan Harkat dan Taraf Hidup Nelayan
Kebijakan yang dapat di tempuh dalam upaya meningkatkan Harkat dan Taraf Hidup Nelayan, adalah :
1)        Mendorong nelayan kecil meningkatkan hasil tangkapan dengan menyediakan wilayah penangkapan yang bebas dari persaingan dengan kapal penangkap ikan berteknologi canggih.
2)        Membina industry kecil pengeloaan hasil laut
3)        Memantabkan organisasi dan pemerintahan desa pantai,
4)        Mengembangkan sentra produksi perikanan, dalam upaya meningkatkan produktivitas dan peran serta masyarakat desa pantai.
d.             Mengembangkan Potensi Industri Kelautan
Kebijakan yang dapat di tempuh untuk mengembangkan potensi industri kelautan, adalah :
1)               Mengembangkan industry kelautan secara bertahap dan terpadu melalui keterkaitan antara industri kelautan dengan sector industri pembangunan.
2)               Mendorong iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk penyebaran pembangunan industri.
3)               Meningkatkan kapasitas daya tamping pelabuhan, pergudangan, dan lapangan penumpukan serta peningkatan mutu pelayanan jasa kepelabuhanan.
4)               Mengembangkan sistem transportasi laut nasional untuk meningkatkan aksesibilitas dengan pusat-pusat pengembangan ekonomi regional dan nasional.
5)               Mengembangkan jalur lalulintas antar samudera seperti jalur singapura-Biak, laut Cina selatan-Australia dan mengupayakan akses jalur pelayaran antar pulau.
e.              Mengembangkan Data dan Informasi Kelautan
Kebijakan yang dapat di tempuh untuk mengembangkan data dan informasi kelautan, adalah :
1)             Meningkatkan koordinasi antar sector, antar lembaga maupun antar disiplin ilmu yang di dukung oleh ketersediaan perangkat hukum yang dapat mengatur pemanfataan data dan Informasi.
2)             Mengembangkan sistem kelembagaan kelautan yang berfungsi mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan pemanfaatan sumber daya laut.
f.              Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut
Kebijakan yang dapat di tempuh untuk mempertahakan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut :
1)             Menanamkan budaya kelautan dan cinta bahari sedini mungkin, pada anak-anak melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat melalui kegiatan yang mendukung penyebarluasan informasi produk kelautan.
2)             Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan laut dan pesisir melalui pemahaman fungsi ekosistem pantai dan keragaman hayati seperti terumbu karang, hutan mangrove, dan nipah.
3)             Meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya manfaat pengolajan hasil-hasil sumber-sumber daya laut agar bangsa Indonesia dapat hidup dari laut, dan menyadari hak dan kewajiban penggunaan kekayaan di wilayah laut nasional.
4)             Mengembangkan daerah yang memiliki potensi wisata bahari melalui pengembangan saran dan prsarana.
5)             Melakukan pengkajian dan pengembangan alternatif cara pemanfataan potensi laut yang ramah lingkungan.
Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia
Strategi dalam mengembangkan pariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:
1.        Menetapkan beberapa peraturan yang befungsi untuk peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata dan bukan berpihak pada pihak-pihak tertentu.
2.        Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan pariwisata.
3.        Melakukan promosi yang beranekaragam
4.        Mencanangkan kampanye dan program Visit Indonesia Year.
5.        Menentukan daerah-daerah potensial yang di nilai akan menjadi tujuan wisata
6.        Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan pihak pemerintah daerah dalam upaya pengembangan potensi wisata yang ada di Indonesia.
7.        Melakukan pemerataan arus wisatawan bagi seluruh daerah di Indonesia
8.        Menyadarkan Masyarakat sekitar derah mengenai peran, fungsi dan manafaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang yang tercipta untuk meningkatkan perekonomian yang ada.
9.        Mempersiapkan dengan baik sarana dan prasarana penunjang kelancara pariwisata.

2.7         Masalah dan Tantangan Ekonomi kelautan
Permasalah yang muncul dalam Pengelolaan Kelautan
Dalam upaya pembangunan ekonomi kelautan sudah pasti terdapat sebuah permasalah dan tantangan yang harus dihadapi baik oleh pemerintah maupun oleh pelaku ekonomi, permasalah tersebut antara lain[15] ;
a.                  Keterbatasan SDM yang handal, terutama di dalam kelompok nelayan. Keterbatasan tersebut dikarenakan minimnya fasilitas-fasilitas pelatihan dan pendidikan di bidang tersebut serta minimnya informasi dan modal.
b.                  Rendahnya tingkat penguasaan terhadap teknologi dan pengetahuan perikanan. Penguasaan ini bukan hanya dalam proses penangkapan dan juga pengawetan ikan akan tetapi juga berinovasi dalam mengelola sumebr daya perikanan.
c.                  Masih kurangnya sarana berupa kapal penangkap ikan berteknologi canggih
d.                 Minimnya infrastruktur di daerah penangkapan ikan
e.                  Masih kurangnya alat dalam pengolahan ikan
f.                   Masih tingginya tingkat ketergantungan impor untuk bahan baku kemasan dan lain  sebagainya
g.                  Investasi asing dan domestic belum banyak dilakukan di bidang perikanan.
h.                  Adanya pencurian yang menjadi hambatan bagi dan gangguan bagi nelayan
i.                    Mutu tangkapan yang masih rendah
j.                    Pemasaran produk perikanan baik di dalam dan di luar negeri masih kurang baik
k.                  Masih lemahnya penguasaan informasi perihal pesaing, segmen pasar, serta selera konsumen.

Ekonomi kelautan belum mendapatkan kebijakan dalam pembangunan nasional di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal antara lain:[16]
1.             Menggunakan pemikiran yang dicetuskan oleh Gus Dur bahwa mindset pembangunan ekonomi Indonesia lebih dominan cara berpikir secara continental daripada kelautan maupun maritim. Hegemoni berpikir continental telah mengingkari fakta empiris dan alamiah bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 75% wilayahnya adalah berupa lautan.
2.             Beberapa kalangan telah berpendapat bahwa menempatkan ekonomi kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi nasional yang berimplikasi secara luas karena akan mengubah berbagai nomenklatur, kebijakan politik anggaran, dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
3.             Kalangan intelektual dalam bidang ekonomi di Indonesia, parlamenter dan birokrasinya kurang memperhatikan berbagai persoalan tentang kelautan dan perikanan sehingga mempunyai pemikiran untuk mengikuti aliran pemikiran ekonomi dengan arus utamanya berupa ideology non-liberalisme dan membangun gagasan-gagasan baru yang bersifat kontruktif.




























BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Ekonomi kelautan atau ocean economic adalah suatu aktivitas ekonomi yang bergantung atau tidak lepas pada laut dan segala produk-produknya. Ruang lingkup ekonomi kelautan meliputi, Kontruksi, Sumber daya hayati, Mineral, Pembuatan kapal dan boat, Pariwisata dan Rekreasi, Transpotasi laut.
Model dalam pembangunan dunia dengan pembangunan sistem demoktrasi yaitu:
1.             Model Negara Kesejahteraan
2.             Model Negara Kemakmuran
3.             Model Populis
4.             Model Neoliberalisme
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan laut seluas 5,8 juta kilometer persegi, sehingga pada dasarnya Indonesia sangat berpotensi menghasilkan Produk kelautan yang banyak untuk menyumbang PDB. Akan tetapi pada kenyataannya sumbangan PDB yang diberikan dari hasil kelautan masih belum mencapai 30% masih jauh apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti jepang dan korea yang rata-rata sudah menyumbang lebih dari 40%. Akan tetapi pemerintah terus berupaya untuk memaksimalkan pengeloaan sumber daya laut Indonesia sehingga pada setiap tahunnya penjualan dari hasil sumber daya laut terus mengalami peningkatan.
Sama halnya dengan perkembangan pariwisata, beberapa daerah di Indonesia memiliki potensi wisata yang besar yang dapat menarik minat wisatawan manca negara dan juga beberapa pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia, meskipun pemberdayaan pariwisata belum dilakukan secara masksimal oleh pemerintah Indonesia akan tetapi pada setiap tahunnya pariwisata Indonesia mengalami perkembangan yang dapat di ukur berdasarkan tingkat hunian kamar hotel, tingkat penggunaan transportasi darat, transportasi laut, jalur kereta dan juga transportasi udara.
DAFTAR PUSTAKA
1.        Apridar, Muhammad Karim, dan Suhana. 2001. Ekonomi Kelautan dan Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu
2.        Dahuri, Rokhimin. Jacub Rais, Sapta Putra Ginting, dan M. J Sitepu. 2004. Pengelola Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu. Jakarta: PT. Pardnya Paramita.
3.        Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong. 2007. Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo.
4.        Supriharyono. 2006. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5.        St. Aisyah dan Sitti Khadijah Yahya Hiola. 2017. Ekonomi Mikro. Makasar: CV Inti Mediatama.
6.        Tambunan, Tulus TH. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia .(Beberapa Isu Penting).2003.Pejaten Barat: Ghalia Indonesia.
7.        Data Badan Pusat Statistik.



[1] Rokhimin Dahuri, Jacub Rais, Sapta Putra Ginting, dan M. J Sitepu, Pengelola Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu, (Jakarta: PT. Pardnya Paramita, 2004), hlm. 1-2
[2] St. Aisyah dan Sitti Khadijah Yahya Hiola, Ekonomi Mikro, (Makasar: CV Inti Mediatama, 2017), hlm. 1
[3] Apridar, Muhammad Karim, dan Suhana, Ekonomi Kelautan dan Pesisir, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 6
[4] Ibid., hlm. 7
[5] Rokhmin Dahuri.dkk, Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu, (Jakarta:PT Pradnya Paramita, 2004), hlm.13
[6] Ibid, hlm.15
[7] Ibid, hlm.20
[8] Ibid., hlm. 12-13
[9] BPS Data,
[10] Ibid,hlm.82
[11] Tulus TH Tambunan,Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia (Beberapa Isu Penting), (Pejaten Barat:Ghalia Indonesia,2003),hlm.217
[12] Data BPS
[13] Data BPS
[14] Ibid,hlm.126
[15] Tulus TH Tambunan,Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia (Beberapa Isu Penting), (Pejaten Barat:Ghalia Indonesia,2003),hlm.227
[16] Ibid., hlm. 9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI PESERTA DIDIK BERDASARKAN TEORI NATIVISME

ANALISIS PEREKONOMIAN DAERAH "KOTA KEDIRI"