Cerpen Inspiratif
Hay Teman.........
Bagi kalian yang sedang bingung mencari Inspirasi untuk membuat Cerpen yang Inspiratif untuk mengikuti Lomba kepenulisan atau beberapa Event. Mungkin cerpen di bawah ini bisa membantu kalian menemukan inspirasi dan lancar menulis...
Happy Reading......................................................................................................................
CINDERELLA TAK
LAGI MEMBUTUHKAN SEPATU KACA
Khusnul
Khotimah
Langkahnya mulai berat ketika tulisan
“mawar“ yang diatas pintu ruangan semakin dekat. Ya, nama kamar dimana adiknya
dirawat. Tangan kirinya menggenggam tas
berbahan dasar kertas dengan merk fashion ternama yang berisi sepasang sepatu kaca.
Semakin mendekat kekhawatirannya semakin bertambah, kalimat Tuhanpun tak henti dilantunkan
seiring dengan harapan agar adiknya baik-baik saja.
“Permisi Dok, Boleh saya tanya
sesuatu?“ tanyanya sambil setengah berlari ketika menghampiri Dokter yang
keluar dari kamar yang hendak ia tuju.
Dokter itupun berhenti “silahkan”
jawabnya dengan sopan.
“bagaimana keadaan nathly disana Dokter?“
tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran.
“Nathly? Tidak ada pasien bernama
Nathly disana” jawabnya.
Syabilpun kaget mendengarnya.”lalu
dimana adik saya Nathly?” tanyanya bingung, kemudian memeriksa kembali alamat yang
tertulis di kotak pesannya.” disini ditulis kamar Mawar nomor 11 Dokter. Dia
berusia 19 tahun, dibawa kesini semalam Dok, benarkah tidak ada?” ungkapnya
dengan dengan penuh kekhawatiran.
Dokter berfikir sejenak, “hmm… anda
Syabil ya?” Tanya Dokter dan dijawabnya dengan anggukan meyakinkan. “Mungkin
yang anda Maksud Khumaira ya? Mbak
ditunggu khumaira sejak tadi” Imbuh pria yang tampak seusia dengan Ayahnya itu.
“Khumaira?” tanyanya lagi. Terdengar
aneh, Sejak kecil Adiknya itu tidak mau dipanggil dengan nama itu, karena
dibilang kampungan dan sebagainya. “ahh lupakan itu tidak penting” gumamnya
dalam hati.
“tolong Khumairanya lebih dimotivasi
ya.. keadaannya cukup baik, syukurlah nyawanya dapat terselamatkan meski dengan
terpaksa kami mengamputasi kakinya, hanya saja mungkin psikisnya kurang baik” dokter
menjelaskannya pada syabil.
“apa??” Tanyanya tak percaya
mendengar kenyataan pahit yang menimpa adiknya itu. Butiran bening menetes
membasahi pipinya. Kalimat pahit itu terus terngiang ditelinganya membuat ia
semakin cemas, sedih, dan hanya memikirkan hal-hal buruk saja.
Matanya terpejam, isak tangisnyapun
pecah sembari menggeleng tak percaya “takdir macam apa ini tuhan?” protesnya
dalam hati. Meski adiknya itu sering melukainya tak sekalipun ia berdoa kejadiaan
ini menimpa adiknya, bahkan berfikir saja ia tak pernah. Sungguh tak tebayang
betapa terpukulnya adiknya karena hal ini.
Jerih payah adiknya membangun eksistensinya
didunia permodelan akan lenyap begitu saja.waktu kecil adiknya bermimpi menjadi seorang Cinderella, terkenal
dipenjuru dunia dan bertemu dengan pangeran impiannya. Entah karena alasan apa
ia begitu menyukai karakter itu sehingga sekuat tenaga ia mewujudkan mimpinya
itu. Segalanya rela ia korbankan, waktu, uang, sahabat, kuliah, hijab bahkan
orang tua. Nasihat orang tua dan kakaknya selalu diabaikannya, bahkan masih
segar dalam ingatan Syabil ketika khumaira merengek agar tidak diadukan pada
orang tuanya saat kepergok bolos kuliah
demi pemotretan, Syabil hanya menggeleng payah sembari berpusing. Sungguh,
Khumaira adalah amanah terberat yang harus ditanggungnya disamping tuntutan skripsi
yang harus diselesaikannya. Dan mulai detik ini tugasnya bertambah mengingat
kondisi adiknya yang tidak lagi normal.
Dengan
tenaga seadanya ia melangkah masuk ke kamar Khumaira kemudian didapatinya
seorang gadis yang sangat dikenalnya, duduk di kursi roda dengan berselimut
kain diseparuh tubuhnya, ia tampak termenung memandang kearah taman yang terlihat
jelas dari jendela ruangan itu.
Tanpa basa-basi ia berlari
merengkuh tubuh itu, memeluknya erat sembari terisak. Rasa sedih
bercampur dengan rasa syukur yang ia rasakan ketika memeluk tubuh itu, mengingat
sejak beberapa jam yang lalu ia mencemaskan tubuh itu.
“sudahlah
kak” Ucap Khumaira sembari menepuk punggung kakaknya pelan. Anehnya suaranya terdengar santai dan teratur seakan
tidak terjadi apa-apa.
Syabil
kemudian melepaskan pelukannya, manatap wajah adiknya dengan takut-takut.”
Nathly” Ucapnya lirih, air matanya mulai membendung lagi meski belum lama
diusapnya.
Adiknya
tersenyum sembari menjawabnya dengan tenang “sudahlah kak, aku tidak apa-apa”
“ka-ki-mu“ucapnya
terbata-bata ditengah sesenggukan menahan tangis. Ia bingung dengan sikap
adiknya yang sangat berbeda dengan bayangannya.
Khumaira
kemudian menyingkap kain yang menutupi kakinya, tampak jelaslah kaki kanannya
yang tinggal setengah itu. Syabil yang tak kuasa melihatnya langsung
memalingkan pandangannya.
“kaki
ini?” tanyanya sambil mengusap pahanya yang masih berbalut perban. “Tuhan
menyisakan bagian ini untukku, bagian lainnya sudah diambil-Nya, jujur akupun
ikhlas menerimanya” Ucapnya sambil menatap kosong kedepan.
“Kamu
bilang menerimanya? Ikhlas? takdir macam
apa ini?” nada Syabil meninggi. Dalam
benaknya yang ada hanyalah mimpi adiknya yang akan hancur dan adiknya
menerimanya begitu saja, oleh karena itu ia merasa kesal.
“Istighfar
kak“ Jawab Khumaira dengan sedikit membentaknya. “apa hakku untuk menolak
takdir ini? Ini semua sudah kehendaknya.. Innasholati wanusukiwamahyaya
wamamati lillahiRabbil aalamin” Imbuhnya dengan lirih.
“Astaghfirullahalazim”
air mata Syabil menetes mendengar ucapan adiknya yang membuatnya tersadar.
“kakak
bilang semua yang ada pada diri kita hanyalah titipan Tuhan dan tidak
sepantasnya kita Sombongkan. Asal kakak
tahu Selama ini kugunakan kaki ini untuk kemaksiatan dan berpijak ditanah Tuhan
dengan penuh kesombongan, kugunakan berjalan ke tempat laknat, padahal Papa, Mama, dan Kakak
mengkhawatirkanku. kaki ini sudah banyak diperbudak hawa Nafsuku dan Sudah
sepantasnya Tuhan mengambilnya karena aku sombong” Ungkapnya masih dengan
tatapan kosong.
“Nath,
ini beneran kamu?” tanya Syabil, kemudian mengusap air matanya sembari sedikit
berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan adiknya.
Khumairapun
kemudian menatapnya, mata mereka saling bertemu “Ya, aku Nathly, aku Khumaira
dan aku Cinderella” jawabnya pelan namun
cukup membuat Syabil yakin.
“aku
Cinderella yang tak lagi membutuhkan sepatu kaca, bagiku tak perlu sepatu kaca
untuk terlihat cantik, pun untuk ditemukan oleh pangeran yang pernah berdansa
denganku sebelum tengah malam tiba. Yang kubutuhkan sekarang hanyalah Ridho
Tuhan, tidak akan lagi aku melakukan segala sesuatu hanya demi terlihat
berkilau seperti sepatu kaca. Ketika Cinderella melakukan segala sesuatu karena
mencari ridho Tuhan, tidak hanya kilau yang ia dapatkan tapi banyak hal termasuk
pangeran, tentu saja tidak dengan mencobakan sepatu ke kakinya tapi dalam sujud
disepertiga malamnya” imbuhnya membuat Syabil berdecak kagum tak percaya. Batinnya
masih bertanya-tanya tentang perubahan yang terjadi dalam diri adiknya.
“Nath kamu serius dengan
ucapan…”tanya Syabil yang langsung dipotongnya.
“Khumaira, namaku Khumaira bukan
Nathly, aku serius kak” sahutnya dengan singkat, “kak Maafkan aku selama ini jahat
sama kakak” Imbuhnya, air matanya mengalir deras mengingat masa lalunya. “kejadian
ini membuatku sadar betapa pentingnya nasihat kakak, aku bersyukur Tuhan masih
mengizinkan aku hidup, maka dari itu aku akan berubah dari sekarang kak”
jawabnya sambil terisak.
Jadi tokoh dan cerita dalam cerpen ini mengajarkan kepada kita bahwa apa yang kita sebut sebagai musibah tak selamanya berkisah tentang kepedihan. bisa jadi musibah yang kita alami adalah menyadarkan, menyadarkan akan arti sebuah kebenaran dan ketenangan ketika kita berada di jalan Tuhan.
Semoga bermanfaat ya Teman....
"BERKARYALAH MAKA KAU AKAN DIKENANG"
Komentar
Posting Komentar